Kisah Dokter sebagai Garda Terdepan Penanganan Covid-19, Perjuangan Ekstra di Era Corona

- Senin, 26 Oktober 2020 | 16:12 WIB
PARA PAHLAWAN KESEHATAN: Dari kiri dr Tika Adilistya, dr Mufidatun Hasanah, dr Maurits Marpaung, dr Marissa Aprilya, dan dr Ariesanty Irawaty. Mereka bertugas di RSKD Balikpapan menangani pasien Covid-19. FUAD MUHAMMAD/KP
PARA PAHLAWAN KESEHATAN: Dari kiri dr Tika Adilistya, dr Mufidatun Hasanah, dr Maurits Marpaung, dr Marissa Aprilya, dan dr Ariesanty Irawaty. Mereka bertugas di RSKD Balikpapan menangani pasien Covid-19. FUAD MUHAMMAD/KP

Perayaan Hari Dokter Nasional tahun ini terasa berbeda. Bahkan, para tenaga medis bekerja lebih berat. Pandemi Covid-19 memaksa mereka berjuang ekstra.

 

MESKI bergelar dokter, Vicca Yulia Insany juga manusia biasa. Dia tetap punya kekhawatiran dan ketakutan ketika diminta mengabdi di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Samarinda. Tetapi, itu adalah konsekuensi pekerjaannya, sebagai dokter.

Vicca yang dulu pasiennya kebanyakan adalah warga di Kelurahan Baqa, Samarinda Seberang, kini berganti. Pasiennya lebih beragam. Pun begitu dengan seragamnya. Biasanya dia bertugas dengan stetoskop dan jas putih dokter, sekarang seragamnya menutupi seluruh tubuhnya tak terkecuali. Seperti astronot. 

Seragam Vicca harus seperti itu, karena dia adalah salah satu dokter yang mengabdi langsung menangani para pasien positif Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Bapelkes Samarinda. “Saya sebagai dokter, sudah tidak punya pilihan lagi. Sebagai dokter di situasi seperti ini kami harus bertugas. Itu tugas kami memang. Kami enggak bisa menghindar,” beber Vicca.

Sejak rumah sakit karantina itu dibuka, Vicca pun bertugas. Terhitung, mulai April, Vicca sudah harus mengenakan baju hazmat setiap bertugas. Enam bulan ini, Vicca telah melalui banyak suka dan duka selama merawat korban pandemi.

Dukanya, Vicca harus rela berpisah dengan keluarga. Lalu mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap, termasuk baju hazmat. Pasalnya, untuk mengenakan APD lengkap, harus memiliki fisik yang prima. Untuk penggunaan APD tersebut juga tidak bisa sembarangan karena mereka harus mematuhi standar operasional prosedur, apalagi berada di zona merah.

Meski ada duka, sukacita juga dirasakannya. Lelah baginya terobati bila pasien sembuh. Pasien yang datang ada keluhan, lalu tidak ada keluhan, itu membuat dia senang. Termasuk jika ada pasien sesak napas, lalu tidak sesak lagi. Itu menggembirakan bagi Vicca dan teman-temannya yang bertugas. “Selama bertugas saya menemukan teman-teman yang rasanya sudah seperti keluarga baru. Soalnya kita kan jauh dari keluarga,” kata Vicca.

Padahal awalnya seperti manusia normal, Vicca tentu merasakan ketakutan. Apalagi virus yang dihadapi itu juga terhitung baru. “Kami semua masih terus belajar bagaimana menangani virus ini. Jadi awalnya pasti takut,” imbuh alumnus Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman Samarinda, tersebut.

Meski begitu rasa syukur dirasakan Vicca karena keluarganya terus mendukung dia. Selama enam bulan bertugas, Vicca bersyukur masih sempat bertemu keluarga. Setelah menjalani protokol dengan karantina terlebih dahulu, dia akhirnya bisa bertemu keluarga. “Sempat juga tugas ke puskesmas balik sebentar,” ujar Vicca yang menjadi sejak 2011 tersebut.

Diakui Vicca dalam penanganan pasien Covid-19, tantangan lain adalah memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarganya. Sebab, banyak pasien yang belum memahami betul Covid-19. Ada juga yang sudah terpapar hoaks di media sosial.

Dia harus memberikan pemahaman ke keluarga pasien. Sebab, pasien yang datang untuk dirawat di rumah sakit, berarti sudah terkonfirmasi positif. Sehingga, keluarganya tidak boleh menemani. Pihaknya juga harus memberi tahu bagaimana perawatan di Bapelkes dan bagaimana keadaan penyakitnya.

Selain itu, tantangan lain adalah bagaimana menumbuhkan motivasi kepada pasien agar mereka bisa cepat sembuh. “Covid-19 ini bergantung dengan psikisnya. Kalau psikis pasien itu turun, virusnya bisa makin parah karena sistem imunisasi juga turun,” sambung Vicca.

Menumbuhkan motivasi dan semangat itu dianggap Vicca cukup sulit. Maka, selain obat-obatan medis dan vitamin, pihaknya memberikan konsultasi kepada pasien. Selain mendorong semangat dan motivasi pasien, juga diadakan olahraga bersama. Sehingga, pasien bisa lebih bugar. Mereka pun memiliki grup WhatsApp untuk berbagi kisah ataupun informasi seputar Covid-19.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X