Sulit Mencari Dokter Spesialis, Tenaga Medis Menumpuk di Perkotaan

- Senin, 26 Oktober 2020 | 14:16 WIB
Edy Iskandar
Edy Iskandar

Menumpuknya dokter di dua kota besar, Samarinda dan Balikpapan jadi masalah klasik. Persoalan tambahan pendapatan jadi salah satu penyebab. Di samping bertugas di rumah sakit, dokter juga bisa mendirikan praktik sendiri. Selain persoalan akses.

 

BALIKPAPAN-Sebaran dokter di Kaltim masih belum merata. Sejumlah rumah sakit di daerah khususnya tipe C harus menerima nasib. Kekurangan dokter. Sehingga harus merujuk pasien ke rumah sakit di kota besar.

Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Kaltim dr Edi Iskandar menjelaskan, jumlah dokter untuk rumah sakit besar di kota, seperti Balikpapan, Samarinda, Kutai Kartanegara (Kukar), dan Bontang memang saat ini tercukupi.

“Namun berbeda seperti di Penajam Paser Utara (PPU), Paser, Kutim, Mahulu, Berau dan wilayah perbatasan yang masih kekurangan khususnya dokter spesialis,” ujar Edi, Sabtu (24/10).

Jangankan di rumah sakit, dokter juga masih diperlukan di banyak puskesmas di Kaltim. Tidak hanya itu, rumah sakit besar pun masih kesulitan. Mencari dokter untuk spesialisasi tertentu.

Kondisi ini disebut karena sejumlah faktor. Seperti jumlah lulusan dokter spesialis yang juga sedikit, juga karena masih banyak diserap rumah sakit di Pulau Jawa. Edi menyebut kondisi itu bukan disebabkan karena upah dokter di Kaltim lebih sedikit. Melainkan di Jawa pun masih kekurangan dokter spesialis.

“Di Jawa masih banyak rumah sakit yang memerlukan dokter spesialisasi tertentu. Jadi kondisinya banyak diserap di sana,” kata direktur RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan itu.

Di RSKD misalnya, meski sudah lama mencari dokter spesialis di radioterapi, bedah onkologi, dan kardiovaskuler. Namun hingga kini belum mendapatkannya. Padahal rumah sakit sekelas RSKD di Balikpapan termasuk rujukan prioritas penerimaan dokter. “Jadi menambah dokter spesialis tidak gampang,” bebernya.

Pada masa pandemi Covid-19, rumah sakit pun disebutnya berupaya menjaga para dokternya. Kata dia, setiap rumah sakit wajib memiliki alat pelindung diri (APD) yang lengkap dan berkualitas. Dan sebisa mungkin membuat batas dan jarak bagi dokter serta tenaga perawat yang merawat pasien Covid-19. “Untuk jam kerja pun kami kurangi. Dari semula 7-8 jam. Selama pandemi hanya 5 jam,” sebutnya.

Pengurangan jam kerja itu dimaksudkan agar dokter bisa lebih banyak beristirahat. Tidak mudah lelah dan bisa fokus menangani pasien. Namun, dokter tetap diminta memaksimalkan pelayanan selama jam kerja tersebut. Selain itu, rumah sakit memastikan pemberian insentif bagi dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas dalam penanganan pasien Covid-19.

“Dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu ‘kan ada insentif Rp 17 juta per dokter yang menangani pasien corona. Lalu ada insentif lainnya dari provinsi dan rumah sakit,” bebernya.

Selain itu, bagi dokter yang sudah berusia 55 tahun ke atas. Atau yang memiliki penyakit bawaan tidak akan mendapatkan tugas dalam penanganan pasien Covid-19. Hal itu untuk menghindari semakin banyaknya dokter yang gugur dalam bertugas. “Dokter ini garda terdepan dalam pandemi. Jadi kami ingin mereka yang prima dan muda yang bisa bertugas,” ungkapnya.

Terkait isu soal meng-covid-kan pasien yang berobat ke rumah sakit, Edi menegaskan itu adalah hal yang tidak mungkin dilakukan rumah sakit dan dokter. Pasalnya, dalam proses klaim yang dilakukan ada yang disebut verifikasi. Hal itu dilakukan oleh Kemenkes dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X