Kebakaran Kejagung Kombinasi Rokok dan Pembersih Bersolar

- Sabtu, 24 Oktober 2020 | 13:50 WIB
Keterangan pers soal kebakaran Gedung Kejagung.
Keterangan pers soal kebakaran Gedung Kejagung.

JAKARTA— Setelah Bareskrim membuka peluang adanya unsur kesengajaan, kini telah dipastikan Kebakaran Gedung Kejagung akibat kelalaian. Lembaga yang dipimpin Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo menduga lima pekerja konstruksi atau tukang yang merenovasi aula di lantai enam Biro Kepegawaian Kejaksaan Agung (Kejagung) lalai karena merokok.

Kebakaran diperparah dengan penggunaan pembersih bersenyawa solar bermerk Top Cleaner. Yang ternyata pembersih yang digunakan Kejagung tidak memiliki izin edar. Lima pekerja konstruksi, Dirut PT Arkan dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kejagung menjadi tersangka. Lima pekerja itu berinisial T, H, S, K, dan IS. Lalu, mandor dari lima pekerja berinisial UAM. Lalu, Dirut PT ARM berinisial R dan PPK berinisial NH.

Direktur Tindak Pidana Umum (Dirpidum) Bareskrim Brigjen Ferdy Sambo menuturkan, penyelidikan dan penyidikan telah dilakukan selama 63 hari, serta 64 saksi telah diperiksa dalam masa penyidikan. Selanjutnya, terdapat sejumlah keterangan ahli dan bantuan menggunakan satelit untuk melihat titik api. ”Kesimpulan sementara kebakaran akibat aktivitas lima tukang yang merokok saat bekerja,” tuturnya.

Dalam bekerja atau proses renovasi itu terdapat sejumlah bahan seperti thinner, lem aibon dan lainnya. Kelima pekerja konstruksi juga membuang rokoknya di lokasi yang sama. ”Diduga rokok itu menyulut api yang lebih besar,” terangnya dalam konferensi pers kemarin.

Menurutnya, dalam proses penyidikan ada yang mempertanyakan soal rokok bisakah membuat api yang besar. Dari pertanyaan itu ahli dilibatkan untuk melakukan percobaan apakah rokok bisa menyulut api yang besar. ”dari percobaan itu diketahui rokok itu menjadi bara. Yang memicu api itu ada dua yakni bara dan penyulut api,” ujarnya.

Selanjutnya, sejak awal memang penyidik memastikan bahwa titik mula api dikarenakan open flame, bukan karena korsleting listrik. Karena open flame atau nyala api terbuka itulah penyidik membuka semua kemungkinan dengan penggunaan pasal 187 dan pasal 188 KUHP. Akibat kesengajaan atau kelalaian. ”Yang akhirnya disimpulkan sementara ini karena kelalaian,” jelasnya.

Lalu, ada juga yang mempertanyakan mengapa api menjalar begitu cepat. Dalam hal ini ditemukan adanya penggunaan pembersih lantai bermerk Top Cleaner. Yang ternyata tidak memiliki izin edar. Dari pembersih lantai ini didapatkan sejumlah senyawa, salah satunya solar. ”Inilah yang menjadi akselerant atau percepatan dalam kebakaran itu,” ujarnya.

Karena itulah, penyidik juga menetapkan tersangka terhadap dirut PT ARM dan PPK dari Kejagung. Setelah ini delapan tersangka akan dipanggil untuk menjalani pemeriksaan. ”Kami periksa kembali,” paparnya.

Sementara Kapuslabfor Polri Brigjen Ahmad Haydar menuturkan, di setiap lantai ditemukan adanya bekas cairan dalam botol pembersih yang mengandung senyawa solar. Botol dalam keadaan yang terbuka atau telah digunakan. ”Juga ditemukan di gudang adanya botol cairan yang masih dalam keadaan tertutup atau belum digunakan,” jelasnya.

Gedung yang kebanyakan berbahan kayu dan keramik, selama bertahun-tahun dibersihkan dengan cairan bersenyawa solar. ”Puslabfor mendapatkannya dari olah TKP dan untuk CCTV sangat minim karena memang hampir semua telah terbakar,” ujarnya.

Sementara Ahli Kebakaran dari Universitas Indonesia Prof. Yulianto menjelaskan bahwa pihaknya melakukan dua kali percobaan untuk mengetahui apakah rokok bisa membuat api besar. lalu, dilakukan percobaan dengan tong besi yang diisi kertas, tisu dan kayu. ”Selanjutnya diberi dua puntung rokok kretek,” urainya.

Dari itu api mulai tproses small drink atau membara. Cirinya, menghasilkan asap banyak berwarna putih dengan suhu mencapai 600 derajat. Lalu, api megalami fire growth atau pertumbuhan. ”Bila respon lambat api bisa besar setinggi satu meter dengan temperatur 700 hingga 800 derajat celcius,” jelasnya.

Dari eksperiment kecil itulah diketahui rokok bisa menyala menjadi api yang besar. selanjutnya, di gedung Kejagung juga prosesnya dilihat dari warna beron yang terbakar, diketahui temperaturnya tinggi. ”Kaca pecah dalam suhu 120 derajat celcius dan akhirnya menjilat karena membutuhkan oksigen,” ungkapnya.

Dalam proses menjilat itu api akan membakar bahan yang bisa dibakar. Yang akhirnya merembet ke lantai lainnya. Ada juga aluminium dengan panel instalasi yang mudah terbakar dalam gedung. Ketika terbakar kemudian menetes kebawah. ”Yang akhirnya api merembet ke bawah. Begitulah kurang lebih proses kebakaran gedung itu terjadi,” paparnya. (idr)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X