Pertemuan Saudara Kembar setelah Terpisah Lebih dari Dua Dekade

- Jumat, 23 Oktober 2020 | 16:04 WIB
Trena dan Treni ziarah ke makam ibu kandung.
Trena dan Treni ziarah ke makam ibu kandung.

Bagi Trena, Treni adalah saudara kembar yang selama ini cuma dia dengar ceritanya dari sang bapak. Bagi Treni, Trena adalah saudara kembar yang sampai pekan lalu tidak dia ketahui sama sekali.

 

FIRGIAWAN, Tasikmalaya, M. SUBCHAN A., Blitar, Jawa Pos

 

UNTUK lebih dari dua puluh tahun keterpisahan. Untuk lebih dari dua dekade ketidaktahuan. Untuk lebih dari dua dasawarsa pencarian tanpa hasil. Untuk semuanya itu, siapa yang sanggup menahan haru? Bapak dan anak itu pun berpelukan erat dengan air mata deras mengalir. Rindu, kelegaan, dan kegembiraan melebur pada pagi buta yang dingin di Stasiun Kereta Api Tasikmalaya kemarin (22/10) itu.

Itulah pertemuan pertama Enceng Dedi, sang ayah, dengan Elis Treni Mustika, putrinya, setelah terpisah sejak 2005. ’’Saya tidak tahan karena terharu dan menangis tidak henti,’’ ujar Treni sebagaimana dilansir Radar Tasikmalaya.

Tangis itu kembali pecah saat Treni masuk ke mobil yang digunakan untuk menjemputnya. Di sana, saudara kembarnya, Eeus Trena Mustika, telah menunggu. Padahal, Trena dalam perbincangan sebelumnya secara jarak jauh bilang akan menunggu di rumah.

Dua perempuan berusia 24 tahun tersebut berpelukan lama sekali. Bagi Trena, inilah saudara kembar yang selama ini diceritakan bapak dan saudara-saudaranya. Bagi Treni, inilah saudara kembar yang sampai dua pekan lalu tidak dia ketahui sama sekali.

Cinderella story itu bermula ketika mereka terpisah setelah lahir di Maluku 24 tahun lalu. Karena ada persoalan tertentu, mereka berdua dipisahkan.

Trena diasuh keluarga kandung di Tasikmalaya, sedangkan Treni diasuh keluarga transmigran dari Pulau Jawa. Kerusuhan di Ambon kala itu membuat keduanya terpisah jauh. Treni tiba di Jawa lebih awal, dibawa ke kampung halaman ibu asuhnya di Blitar, Jawa Timur, pada 1996.

Trena beserta orang tua kandungnya kembali ke Tasikmalaya sekitar 1999. Sejak saat itu, komunikasi dua keluarga tersebut terputus.

’’Pada 1996, saat tiba kembali di Jawa, handphone belum seperti sekarang, saya kehilangan kontak dengan Pak Enceng,’’ kata Rini, ibu yang merawat Treni sejak masih bayi.

Enceng juga sudah pasrah. Berbagai upaya telah dia lakukan bersama keluarga sekembalinya ke Tasikmalaya untuk menemukan Treni. ’’Saya alhamdulillah bisa berkumpul dan bahagia sekali,’’ ucap ayah sembilan anak (termasuk si kembar Trena-Treni) itu.

Dalam percakapan dengan Jawa Pos Radar Blitar sebelum keberangkatan ke Tasikmalaya, Treni mengaku selama ini yang dia tahu Rini-lah ibu kandungnya. Rini, kata Treni, merawatnya penuh kasih.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X