Dia menambahkan, guru juga harus memahami untuk berinovasi, baik secara perorangan dan kelompok. Muhaimin menyarankan, guru memanfaatkan kelompok kerja dan MGMP untuk melaksanakan inovasi pembelajaran. Dia menyadari tidak semua guru mampu.
“Tapi saya apresiasi ada guru-guru yang sukarela melakukan visit ke rumah untuk mengajar,” ujarnya. Mengingat masih ada kawasan di Kota Minyak yang tidak bisa terjangkau sinyal untuk daring. Atau orangtua tidak punya perangkat gawai untuk belajar online. Jadi sebenarnya yang dilakukan sekolah juga banyak.
Selama pandemi, orangtua bisa merasakan problematika belajar. Sehingga mereka ada pengertian dan empati bahwa mengajar tidak hanya sekadar memberi tugas dan nilai. Tapi ada sentuhan hati saat mereka menjalani profesi tersebut. Padahal selain bertindak sebagai guru, mereka memiliki tugas lain yang diemban.
Misalnya tugas sebagai operator sekolah hingga manajer sekolah. Menurutnya seharusnya masyarakat bisa memaklumi seandainya ada situasi tidak maksimal saat guru memberikan belajar daring. “Seharusnya ada relaksasi kurikulum darurat di situasi pendidikan masing-masing,” imbuhnya.
Muhaimin menyebutkan, pihaknya baru bisa melakukan pembelajaran tatap muka jika nanti status Balikpapan masuk zona kuning. Itu pun harus mendapat izin Satgas Penanganan Covid-19 Balikpapan, termasuk wali kota. Sekolah harus dapat persetujuan dari para orangtua siswa untuk menggelar pembelajaran tatap muka.
Tentu dengan penerapan standar protokol kesehatan yang ketat. “Supaya anak-anak yang belum pernah tahu sekolah, guru, dan teman-temannya bisa mulai mengenal,” ujarnya.