Diterbitkannya dekrit darurat tidak berdampak banyak. Pemerintah masih kewalahan menekan aksi massa di berbagai titik Kota Bangkok. Upaya pemerintah saat ini adalah menahan 70 orang, termasuk aktivis kunci. Parit ”Penguin” Chiwarak dan Panusaya ”Rung” Sithijirawattanakul langsung ditangkap atas dakwaan baru setelah pengadilan membebaskan mereka dengan jaminan.
Namun, taktik yang biasanya efektif membungkam aksi protes itu tidak mempan. Demonstran yang didominasi generasi muda tersebut berkomunikasi di dunia maya. Mereka melakukan banyak cara agar aparat tidak bisa menebak langkah selanjutnya.
”Kami sudah membuktikan bahwa demo tanpa pemimpin bisa membuat pemerintah pusing. Tanpa pemimpin pun, aksi akan terus berlanjut,” ungkap Arthitaya Pornprom, salah seorang penyelenggara demo, kepada Bangkok Post.
Hingga kemarin (21/10), massa bermunculan sambil mengacungkan tiga jari. Jari tersebut mewakili tiga permintaan rakyat Thailand. Pembubaran parlemen, termasuk desakan mundur Prayuth, penghentian praktik intimidasi pemerintah, dan perubahan konstitusi atau reformasi kerajaan.
Kubu Prayuth sudah menyetujui untuk mengadakan sesi parlemen darurat pekan depan. Namun, dia menegaskan tidak bakal menyerahkan kursi kekuasaannya. Dia beralasan bahwa penggantinya akan berupaya melemahkan kekuatan kerajaan.
”Tugas pemerintah adalah melindungi kerajaan dan negara. Menghindarkan bangsa ini dari kekacauan dan konflik,” tutur Prayuth. (bil/c14/bay)