RAUT bahagia terpancar jelas di wajah para penggawa Mitra Kukar, pertengahan September lalu. Kompetisi yang telah lama dinanti kabarnya akan digulirkan lagi. Anindito Wahyu pun dengan bersemangat kembali menjalani latihan bersama di Tenggarong, Kukar. Namun, tiga pekan kemudian, ketika kick-off sudah di depan mata, kabar duka menghampiri. Kompetisi Liga 1 dan 2 kembali ditunda.
Alasannya, kepolisian ingin berfokus pada pengamanan pemilihan kepala daerah. Sehingga sepak bola harus mengalah untuk sementara. Kecewa? Pasti. Itu yang dirasakan para penggawa Naga Mekes. Mereka harus kembali ke kampung halaman masing-masing.
Kiper Mitra Kukar Endang Subrata, misalnya. Dia begitu kecewa saat mendengar kompetisi ditunda. Apalagi, persiapan tim dinilai cukup bagus selama pemusatan latihan di Tenggarong. “Bagaimana enggak kecewa? Kami sudah melakukan persiapan. Saat kick off sudah dekat, kompetisi tertunda lagi,” ujar eks PSIS Semarang itu.
Endang berharap, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi bisa memperoleh restu dari Polri. Apalagi kompetisi akan digelar tanpa penonton. Artinya, kecil kemungkinan sepak bola akan menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.
“Bukan tidak mungkin, tapi kecil kemungkinan ada klaster Liga 1 atau Liga 2. Saya berharap, kompetisi bisa kick off November nanti. Ketika pilkada, kan bisa dijeda. Semua pasti ada jalan keluar. Kami hanya ingin berkompetisi untuk mengais rezeki,” tukasnya. (don/ndy/k8)