Pengujian Lancar, Vaksin Siap Januari

- Kamis, 22 Oktober 2020 | 16:44 WIB
SESUAI JALUR: Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir.
SESUAI JALUR: Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir.

Saat ini, proses uji klinis vaksin Covid-19 masih berlangsung. PT Bio Farma yang menangani vaksin ini pun, telah menyiapkan  340 juta dosis vaksin yang akan diberikan secara bertahap.

 

JAKARTA - Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir menyebut, 340 juta dosis vaksin Covid-19 itu akan diberikan secara bertahap untuk 170 juta orang. Hal ini dikarenakan satu orang mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19. Hal ini diungkapkan Honesti dalam dialog virtual bersama Forum Merdeka Barat 9, Rabu (21/10). 

Hingga pekan lalu, sudah ada 1.620 relawan yang sudah mendapat suntikan vaksin pertama. Sedangkan, sudah ada 1.074 relawan yang mendapat suntikan kedua. Lalu, ada 671 relawan yang mendapat suntikan kedua diambil darahnya untuk diuji. Dari laporan tersebut, disebut Honesti belum ada indikasi hasil pengujian yang bakal menghambat. Sehingga, diharapkan bisa selesai pada Januari. 

Sedangkan, pendistribusian vaksin baru bisa dilakukan ketika uji klinis tahap III yang dilakukan Bio Farma selesai. Uji klinis tahap ketiga yang dilakukan Bio Farma itu merupakan bagian dari uji klinis global vaksin Covid-19 buatan Sinovac, yang juga dilakukan oleh negara lain seperti Bangladesh dan Brasil. 

Pada tahap pertama, uji klinis dilakukan untuk melihat keamanan vaksin. Sementara uji klinis tahap kedua, dilakukan untuk melihat apakah vaksin memiliki keampuhan atau efikasi terhadap penyakit. 

Terakhir, uji klinis tahap ketiga dilakukan untuk mengonfirmasi temuan pada uji klinis tahap pertama dan kedua, dengan relawan yang lebih banyak dan beragam. 

"Setelah uji klinis pada Januari ini selesai. Kami akan melapor ke Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) untuk mendapatkan emergency use authorization (EUA)," kata Honesti. 

Sementara itu, Direktur Registrasi Obat BPOM, Lucia Rizka Andalusia, menjelaskan  emergency use authorization (EUA) terkait vaksin ini bisa diberikan dalam kondisi darurat. Meski demikian, BPOM tetap punya standar yang harus dipenuhi suatu produk medis sebelum mendapat EUA. Standar ini pun tidak main-main, karena rujukannya adalah WHO. 

Dia menjelaskan, EUA bukan merupakan izin edar. Oleh karena itu produk medis yang mendapat EUA, seperti vaksin COVID-19, hanya didistribusikan dan digunakan secara terbatas. EUA juga bisa diberikan karena tidak ada lagi alternatif obat atau terapi yang telah disetujui untuk mengobati penyebab kondisi kedaruratan kesehatan. 

"Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Badan POM dalam pemberian emergency use authorization itu dengan pertimbangan risk-benefit. Tentunya harus lebih besar kemanfaatannya dibandingkan risiko," jelas Lucia, kemarin (21/10). (nyc/far/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X