Malam nahas di tepi sawah itu menewaskan bapak, ibu, dan kedua anak mereka. Jebakan tikus di sawah Tayib itu sudah lama terpasang, dialiri listrik dari rumah Sutiono.
BHAGAS DANI PURWOKO, Bojonegoro, Jawa Pos
’’PIYE, Pak, nyesel nggak?” tanya Kapolres AKBP Budi Hendrawan kepada Sutiono. Yang ditanya menjawabnya dengan menangis tersedu.
Kakek 57 tahun itu tak kuat menahan penyesalan saat kepolisian merilis penahanan seusai dia dan Tayib ditetapkan sebagai tersangka kasus jebakan tikus beraliran listrik yang menewaskan empat orang. Keempat korban masih satu keluarga, bapak-ibu dan kedua anak mereka.
Sama dengan Sutiono, Tayib juga menangis saat Kapolres bertanya atas tindakan kelalaian yang mengakibatkan keempat tetangga mereka di Desa Tambahrejo, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tersebut tewas. Suasana di halaman Mapolres Bojonegoro Selasa (19/10) itu pun mendadak haru.
Seperti dilansir Jawa Pos Radar Bojonegoro, insiden maut itu berawal sekitar pukul 19.00 pada Minggu (11/10). Parno selaku ayah bersama anak sulungnya, Jayadi, bermaksud mengairi sawah.
Untuk mencapai lokasi, mereka melalui sawah milik Tayib yang dipasangi jebakan tikus beraliran listrik. Ternyata, saat melintasi sawah, kedua korban menginjak kawat beraliran listrik yang tidak terbungkus.
Aliran listrik untuk jebakan tikus itu berasal dari rumah Sutiono. Kedua korban tersengat listrik hingga tewas. Karena tak kunjung pulang, Riswati, istri Parno, dan si anak bungsu, Zaenal Arifin, cemas. Sebab, malam kian beranjak larut.
Zaenal pun berinisiatif menyusul ke sawah. Ternyata dia melihat ayah dan kakaknya sudah tergeletak tak bernyawa di sawah.
Dia pun otomatis berusaha menolong. Namun, dia tidak tahu bahwa aliran listrik belum mati dan tubuh korban masih teraliri listrik jebakan tikus tersebut. Zaenal pun ikut tersengat listrik hingga tewas.
Karena Zaenal juga tak kunjung balik, dua jam berselang, giliran Riswati menyusul ke sawah. Malang tak dapat ditolak, Riswati ikut tewas tersetrum saat mencoba untuk menolong kedua anak dan suaminya tersebut.
Sutiono yang rumahnya berdekatan dengan lokasi sama sekali tak tahu empat tetangganya kehilangan nyawa malam itu. Sebab, tegangan listrik di rumahnya tidak anjlok sama sekali.
’’Saya enggak tahu di sawah ada yang tersengat listrik. Mungkin tiangnya ambruk. Saya sangat menyesal,” tutur Sutiono yang rambutnya telah beruban itu sambil berkali-kali menyeka air matanya.