Ritel bioskop CGV Cinemas dan Cinema XXI di Indonesia perlahan mulai buka. Menuntaskan kerinduan penikmatnya. Untuk Cinema XXI, per 17 Oktober hanya buka di enam kota. Pontianak, Ternate, Jayapura, Bandung, Banjarmasin, dan Samarinda.
RADEN RORO MIRA, Samarinda
KODE booking tiket sudah di tangan. The Cave, film Thailand yang diangkat dari kisah nyata tentang penyelamatan 13 orang yang terjebak di gua, dijadwalkan tayang pukul 14.45 Wita, Selasa (20/10). Setengah jam sebelum tayang, terlihat antrean tiket cukup ramai. Sebelum memasuki area bioskop, petugas mengecek suhu tubuh. Di dekat pintu masuk, disediakan hand sanitizer. Di sebelahnya, tempat cuci tangan. Berjejer standing banner berisi imbauan protokol kesehatan.
“Silakan isi nama dan nomor telepon,” ujar petugas setelah mengecek suhu tubuh. Tidak ada nomor urut, namun ada banyak nama di buku catatan tersebut. Menghindari antre, penulis langsung mencetak tiket mandiri pada mesin M-Tix.
Justru tidak ada antrean pada mesin itu. Padahal, penggunaannya sangat dianjurkan. Cukup memasukkan nomor handphone dan kode booking. Bisa juga dengan opsi scan QR Code untuk menghindari sentuhan. Tiket pun muncul.
Siang itu, XXI BIGmall Samarinda cukup ramai. Seperti hari biasa, sebelum Covid-19 tiba. Orang-orang antre membeli tiket, tidak semuanya menjaga jarak. Tempat duduk di sebelah kanan dari pintu masuk terisi penuh. Tidak ada beda dibanding hari biasa, hanya penggunaan masker yang jadi penanda. Oh, pandemi masih ada. Masuk ke studio, hampir seluruh tempat duduk untuk menunggu terisi. Mayoritas muda-mudi. Tertawa cekikikan hingga hanya diam memandang layar persegi di hadapannya.
Beberapa di antaranya memegang minuman dan makanan khas bioskop, berondong jagung. Imbauan protokol kesehatan terpasang di beberapa sudut, termasuk penggunaan hand sanitizer. Pada kursi, ditempel imbauan larangan duduk. Namun masih saja ada yang berusaha duduk. Tidak ada teguran, tidak ada kesadaran.
Dian, salah satu penonton yang antusias menyambut dibukanya kembali XXI. Setelah diumumkan buka 17 Oktober, baru kemarin dia sempat menonton. Bersama temannya, dia mengaku tak khawatir.
“Kita ikuti protokol kok. Sudah kangen banget suasana nonton. Seenggaknya terobati lah meski duduknya enggak bisa sebelahan. Beli tiket juga enggak pake antre kok,” ujar perempuan 22 tahun asal Sempaja, Samarinda Utara itu. “Mohon perhatian Anda, pintu teater satu telah dibuka. Para penonton yang telah memiliki karcis, dipersilakan memasuki ruangan teater,” suara nan khas tersebut bergema. Berbondong-bondong orang mendekati studio satu. Termasuk Dian dan dua kawannya.
Petugas memakai masker, sarung tangan dan face shield. Membawa baki kecil berisi sobekan tiket.
“Mohon maaf, disobek sendiri ya, taruh di sini,” ujar petugas tersebut.
Dari kapasitas 261 kursi di studio satu, tak sampai 50 orang penonton saat itu. Sebelumnya, saat memesan tiket, kursi penonton selang-seling. Sehingga tidak ada yang bisa memesan dua kursi bersebelahan. Tidak ada tanda khusus jika kursi tak boleh diduduki. Setelah 1 jam 40 menit di dalam studio, film pun usai. Lampu menyala, terlihat beberapa pasangan akhirnya duduk berdampingan. Sebagian besar penonton meletakkan masker di dagu. Tidak mengindahkan imbauan.