Menggali Potensi Industri Pengolahan Karet

- Rabu, 21 Oktober 2020 | 16:29 WIB

Tak hanya kelapa sawit dan batu bara, Pemprov Kaltim juga berusaha memperbanyak industri hilir karet. Sebab, Bumi Etam tercatat sebagai salah satu penghasil karet terbesar dengan produksi mencapai 52.817 ton karet kering per tahun.

 

SAMARINDA- Dinas Perkebunan Kaltim mencatat luas kebun karet di Kaltim mencapai 118.638 hektare. Dengan produksi yang cukup besar, saat ini sudah ada satu industri yang bergerak di bidang pengolahan yang berorientasi ekspor. Sayang, terdapat beberapa tantangan dalam berkembangnya produksi dan ekspor olahan karet. Yakni dari sisi produksi dan regulasi kelembagaan

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Tutuk SH Cahyono mengatakan, Kaltim mempunyai PT Multi Kusuma Cemerlang (MKC) yang bergerak di bidang pengolahan karet. Penjualan MKC mayoritas untuk tujuan ekspor dengan porsi 70 persen dari total penjualan. Pangsa ekspor utama contact adalah Eropa (80 persen) khususnya Jerman, diikuti Amerika dan beberapa negara di Asia.

Sedangkan untuk domestik disalurkan ke Michelin Group yang beroperasi di Jawa Barat. Contact optimistis akan potensi industri karet di masa yang akan datang dengan perkiraan konsumsi karet yang akan terus berkembang seiring berkembangnya industri otomotif atau industri manufaktur ban di berbagai negara.

Namun, Tutuk menilai ada beberapa tantangan perkembangan industri hilir dari karet Kaltim. Mulai produksi yang masih rendah, ditambah dengan rendahnya nilai tambah industri. Belum lagi produsen ban nasional memperkirakan produksi tahun ini akan turun hingga 40 persen dari realisasi tahun lalu seiring lesunya industri otomotif.

Sedangkan tantangan dari sisi kelembagaan hingga kini belum ada lembaga otoritas karet hulu dan hilir. Belum lagi pengenaan PPN 10 persen atas pembelian karet oleh pabrik. Sehingga hambatan tarif juga menjadi tantangan bagi pelaku usaha industri hilir karet.

“Tapi, kita juga memiliki banyak potensi, seperti tren peningkatan ekspor karet, lalu program penggunaan karet sebagai bahan aspal. Sehingga itu membuat kita bisa terus menggenjot produksi karet untuk memajukan perekonomian Kaltim,” tuturnya, Selasa (20/10).

Terpisah, Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad mengatakan, potensi karet Kaltim memang luar biasa. Mengingat penghasil utama karet adalah perkebunan rakyat, harus ada upaya untuk membina petani karet supaya produktivitas dan mutu karet menjadi lebih baik.

“Membina petani agar produktivitasnya terus meningkat, tentunya untuk mendukung hilirisasi. Tanpa adanya produktivitas dari petani, hilirisasi sulit berlangsung,” jelasnya.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kaltim, pada akhir 2019 atau di awal 2020, luas perkebunan karet rakyat di Kaltim mencapai 92.179 hektare dengan rincian 41.331 hektare berupa tanaman belum menghasilkan (TBM), seluas 45.654 hektare tanaman menghasilkan (TM), dan 5.194 hektare kondisinya tanaman tua dan tanaman rusak (TT/TR). Produksi karet dari perkebunan rakyat itu 5.880 ton per tahun, atau rata-rata 1.114 kilogram per hektare.

Selain perkebunan rakyat di Kaltim juga ada perkebunan karet yang dikelola perusahaan perkebunan besar negara, atau PTPN XIII seluas 399 hektare dan seluruh tanamannya menghasilkan, produksi per tahun 385 ton karet per tahun, atau rata-rata produksi 965 kilogram per hektare.

Perusahaan besar swasta juga ada mempunyai perkebunan karet di Kaltim. Pada akhir 2019, luas kebun karet swasta ini sebesar 26.060 hektare dengan rincian 23.164 hektare TBM dan 2.896 hektare TM. Produksi karetnya per tahun baru 1.552 ton, atau 536 kilogram/hektare, jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sebanyak 8.358 orang.

“Sehingga total luas kebun karet rakyat, swasta, dan PTPN XIII di Kaltim hingga akhir tahun 2019 adalah 118.638 hektare dengan rincian TBM seluas 64.495 hektare, TM seluas 48.949 hektare, dan tanaman karet sudah tua dan rusak 5.194 hektare. Dengan produksi total karet Kaltim tahun lalu 52.817 ton, atau rata-rata produksi 1.079 kilogram per hektare,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X