WASHINGTON DC – Presiden AS Donald Trump makin sibuk menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2020. Tak hanya berkampanye, waktu pebisnis 74 tahun itu juga tersita untuk menyerang siapa pun yang dianggap menghalangi pencalonannya kembali.
Serangan Trump yang paling gamblang tertuju kepada Kepala National Institute of Allergy and Infectious Diseases AS Anthony Fauci. Dalam percakapan telepon dengan staf kampanye, dia jelas-jelas mengejek pakar virologi paling veteran di Negeri Paman Sam itu. ’’Orang-orang sudah muak dengan Fauci dan para idiot lainnya,’’ ungkapnya menurut Agence France-Presse.
Ini kali pertama Fauci dan Trump saling mengkritik. Semua itu bermula saat tim kampanye Trump menyalahgunakan rekaman video Fauci sebagai propaganda bahwa petahana mampu menangani pandemi. Fauci berkali-kali menyesalkan hal itu.
Puncaknya, Fauci tampil di acara talk show 60 Minutes milik CBS. Dia memaparkan bahwa selama ini Gedung Putih membatasi aksesnya ke media. Dia juga membahas penolakan Trump terhadap masker, termasuk acara nominasi calon hakim agung Amy Coney Barrett yang menjadi pusat persebaran wabah Covid-19.
’’Saya tidak terkejut (Trump terkena Covid-19, Red). Ketika melihat di televisi, saya sudah punya firasat buruk dan firasat saya benar,’’ paparnya.
Di sisi lain, banyak pakar medis yang mengakui kredibilitas Fauci. Pria 79 tahun itu mengepalai National Institute of Allergy and Infectious Diseases sejak 1984. Selama kepemimpinannya, Fauci dikenal sebagai kunci untuk menangani wabah virus seperti HIV/AIDS, zika, dan ebola. Salah satunya, program AIDS Relief (PEPFAR) yang menyelamatkan jutaan nyawa di Afrika.
’’Dia adalah sosok yang diperlukan agar AS terlindung dari penyakit mematikan. Apa yang Trump lakukan adalah menyerang pemadam kebakaran saat rumahnya sedang kebakaran,’’ ungkap William Haseltine, pakar kesehatan publik, kepada CNN.
Fauci bukanlah satu-satunya target serangan Trump. Seperti biasa, Trump menyerang rivalnya, Joe Biden dan Kamala Harris. Dalam beberapa acara kampanyenya, dia tak henti menuding bahwa Biden bakal membawa ekonomi AS ke tahap depresi.
Selain itu, kubu Trump tak puas dengan aturan baru yang diperkenalkan Komisi Debat Presiden. Mereka menegaskan bahwa mik lawan bakal dimatikan saat salah satu kandidat menjawab pertanyaan. Menurut aturan, kandidat memang diberi waktu dua menit tanpa interupsi untuk menjawab pertanyaan moderator.
Tim kampanye Biden pun tak tinggal diam. Mereka mengatakan bahwa aturan seperti itu tak akan muncul jika Trump tak sering menyela Biden di debat perdana. Demokrat juga menuding bahwa Trump ingin menghindari isu terkait Covid-19 dan bicara soal kebijakan luar negeri. Tak bisa dimungkiri, prestasi Trump memang terletak di luar negeri, seperti perjanjian perdamaian Timur Tengah.
’’Yang disepakati adalah moderator debat diberi kebebasan untuk memilih topik,’’ ungkap T.J. Ducklo, jubir Biden.
Yang jelas, ’’musuh’’ Trump tidak hanya datang dari sayap kiri. Senin lalu (19/10), Mahkamah Agung menolak gugatan Partai Republik untuk mengetatkan kualifikasi pos surat suara di Pennsylvania. Balot yang diterima di luar hari pemilu dan tak punya stempel yang jelas dituntut untuk ditolak.
Namun, panel hakim agung memutuskan bahwa pos yang diterima tiga hari setelah pemilu masih sah meski stempelnya tak jelas. Ketua Mahkamah Agung John Roberts yang ditunjuk Republik bergabung dengan tiga hakim agung liberal menolak gugatan tersebut. (bil/c7/bay)