PELATIH fisik Mitra Kukar Budi Kurnia punya cara tersendiri mengisi jeda kompetisi karena pandemi. Selain fokus memantau para penggawa Naga Mekes dalam latihan secara virtual, eks pelatih fisik Persis Solo itu membuat program amal di kampung halamannya di Garut, Jawa Barat.
Program tersebut dia beri nama Persatuan Sepak Bola Bugar Beramal (PSBB). Adapun program itu dilaksanakan setiap hari. Pesertanya tidak dipungut biaya seperti latihan pada umumnya. Hanya, para peserta diminta untuk menyisihkan sedikit uang mereka untuk menyumbang. “Sistemnya bayar sukarela, karena memang uang itu nantinya akan disalurkan ke anak yatim,” ujar pelatih 31 tahun tersebut.
Ada cerita menarik di balik program yang sudah dia laksanakan sejak Ramadan itu. Pada Ramadan tersebut untuk kali pertama Budi Kurnia menyandang status yatim piatu. Dari situ, Budi bisa merasakan yang dirasakan oleh mereka yang berstatus sama dengan dirinya.
“Saya sudah mengerti bagaimana rasanya tidak memiliki orangtua. Untuk itu, saya berupaya untuk berbagi kepada mereka yang statusnya sama dengan saya. Selain itu, saat ini yang ditunggu orangtua saya di alam sana adalah doa dan amal saleh dari anak-anaknya,” ucap Budi.
Budi bersyukur, meski dalam keadaan sulit seperti saat ini masih banyak yang peduli terhadap program yang dia buat. Bahkan tak sedikit orang di luar sepak bola turut menyumbangkan hartanya kepada anak yatim.
“Saya sering diundang untuk mengisi materi atau coaching clinic di sekolah sepak bola dan beberapa cabor (cabang olahraga) lain. Saya tidak pernah meminta bayaran, sebagai gantinya, saya mengajak para peserta untuk menyumbangkan hartanya ke anak yatim di program saya,” tutur dia.
Sejauh ini, 400 lebih anak yatim sudah merasakan manfaat program PSBB yang digagas Budi. Dia berharap, ke depan semakin banyak dermawan yang mau menyumbangkan harta untuk membantu sesama. Terutama anak yatim. “Targetnya pengin menyantuni seribu anak yatim. Semoga bisa terlaksana dan makin banyak yang membantu program ini,” pungkasnya. (don/ndy/k8)