Tingginya angka terkonfirmasi Covid-19 di Samarinda dari hari ke hari, membuat pemerintah kota (pemkot) berupaya mengambil sikap tegas. Tujuannya semakin banyak ditemukan pasien, semakin cepat pula pencegahan penyebaran dengan disiplin karantina mandiri bagi orang tanpa gejala (OTG).
SAMARINDA – Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang menuturkan, pemkot memiliki laboratorium kesehatan sendiri. Bentuk organisasi masih di bawah bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan. Ke depan akan diarahkan menjadi UPT hingga BLUD, sehingga mampu membiayai sendiri.
"Sementara untuk menampung spesimen warga Samarinda yang sebelumnya dikirim ke Laboratorium Kesehatan Provinsi atau ke RSUD AW Syahranie. Daftar antre bisa sampai tujuh hari. Dengan beroperasinya laboratorium itu, hasil swab bisa diketahui dalam sehari," ucapnya di sela peninjauan pra-operasional laboratorium kesehatan Samarinda di Jalan Pelita, Kecamatan Sungai Pinang, Senin (19/10).
Evaluasi terhadap tata laksana dari berbagai unsur tim satgas sudah baik dan belum ada rencana untuk mengganti. Sementara fasilitas di laboratorium kesehatan bakal ditambah satu mobil polymerase chain reaction(PCR) yang dalam waktu dekat tiba di Samarinda. "Data sementara Diskes sudah melakukan swab test sebanyak 32 ribu tes, untuk IFA test mencapai 40 ribu tes. Langkah itu akan terus dilakukan," tegasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Diskes dr Ismid Kusasih menerangkan, bangunan laboratorium kesehatan itu sudah direncanakan sejak tiga tahun lalu. Lantai pertama untuk puskesmas, lantai dua untuk laboratorium kesehatan, dan lantai tiga direncanakan untuk Jamkesda. "Realisasi baru awal 2020 rampung, sejak itu kami langsung mempersiapkan berbagai peralatan penunjang. Salah satu alat yang tersedia sejak lama adalah mesin tes IFA untuk mengetahui tingkat kekebalan tubuh manusia. Alat itu sebelumnya ditempatkan di rumah sakit karantina. Karena sifatnya darurat saat ini, kami pindahkan kemari," ucapnya.
Operasional laboratorium bekerja sama dengan Lembaga Bio Molekuler (LBM) Eijkman Jakarta, di bawah naungan Kementerian Ristekdikti dan supervisi langsung Kepala LBM Eijkman Profesor Amin Soebandrio.
Di Indonesia baru ada di Kota Tepian, sehingga setelah Covid-19 mereda, fasilitas tersebut bisa digunakan untuk pemeriksaan berbagai penyakit menular lainnya, seperti HIV/AIDS, TBC, dan DBD. "Tidak menutup kemungkinan untuk pengecekan sel kanker bisa dilakukan di sini. Jadi, tidak perlu lagi membawa spesimen kanker jauh-jauh ke Jakarta," ucapnya.
Khusus penanganan Covid-19, terang dia, spesimen dari Laboratorium Kesehatan Provinsi atau RSUD AW Syahranie akan dialihkan ke labkes kota. Menjalani tahap sebagai standar operasional prosedur (SOP) sesuai arahan LBM Eijkman seperti masuk ke ruang ekstraksi, lalu proses pencampuran dengan reagent untuk pemeriksaan Covid-19, selanjutnya beralih ke mesin PCR. "Dalam satu siklus operasional menghabiskan waktu enam jam, dengan minimal spesimen 96. Ke depan akan ditambah siklus dua hingga tiga kali. Semakin cepat Samarinda mencapai puncak, maka langkah penanganan bisa lebih cepat dan tepat," singkatnya. (dns/dra/k16)