Pemandangan hamparan rumah dan gedung tersaji dari berbagai sudut kursi yang disediakan. Jika beruntung, warna-warni Jembatan Mahakam IV bisa dinikmati dari kejauhan ketika malam hari.
TERAS Roemah, Coffee and More. Lokasinya di puncak gunung kawasan MT Haryono, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sungai Kunjang.
Mengusung konsep arsitektur rumah berbahan kayu ulin khas Kalimantan, konstruksi awal dimulai sekitar 2015, namun hanya diperuntukkan kalangan terbatas, semisal acara keluarga atau sekadar lokasi arisan kolega pemiliknya. Sempat akan dibuat rumah makan, namun melihat pemandangan yang cukup jarang, baru pada Agustus 2019 dikembangkan menjadi kedai kopi, yang bisa dikunjungi masyarakat.
Manager Teras Roemah Dayan Pahlevi bercerita, awal dimulai bisnis tempat itu hanya menyediakan camilan ringan dan sajian kopi dari aneka biji kopi berbagai daerah di penjuru Nusantara. Seiring berjalannya waktu, banyak permintaan pelanggan agar turut menyiapkan makanan berat, menu pun ditambah. "Coffee Teras Roemah jelas jadi andalan sama Nasi Goreng Teras Roemah dan Burger Teras Roemah," ucapnya.
Soal harga, Dayan menyebut, untuk minum dibanderol Rp 15–30 ribu, sedangkan makanan dari Rp 15–45 ribu, dan aneka menu angkringan dimulai Rp 5 ribu. "Dulu saat awal buka pengunjung hanya anak-anak yang bermain game online aja. Nongkrong lama, tetapi hanya membeli sedikit makanan-minuman, makanya kami ubah strategi dengan menaikkan harga," ucapnya.
Langkah tersebut diakuinya tepat. Semakin ke sini pengunjung tetap banyak. Mereka datang untuk merasakan dan menikmati pengalaman bersantap dan bersantai nyaman di Teras Roemah, baik bersama keluarga atau kolega. "Kami tidak menyediakan wifi, agar pengunjung betul-betul saling ngobrol. Tidak sedikit yang datang untuk membangun kedekatan dengan rekan bisnis, menyelesaikan pekerjaan, atau sekadar melepas penat pulang kantor. Semuanya menikmati," ucapnya.
Terkait konsistensi rasa, Dayan setiap bulan mengadakan pemeriksaan seluruh menu yang ada, termasuk pelaksanaan standard operating procedure (SOP) yang sudah dibuat. Tujuannya menjaga kualitas rasa sajian yang dihidangkan, meningkatkan kapasitas para pegawai yang kini berjumlah sekitar 20 orang. "Kami tidak ingin pelanggan pergi akibat rasa makanan berubah. Makanya konsistensi rasa terus dijaga," ucapnya.
Soal pandemi Covid-19, sudah memenuhi berbagai fasilitas protokol kesehatan, seperti tempat cuci tangan di depan pintu masuk, dan beberapa titik di area kafe tiga lantai itu. Dipasang juga thermo gun dengan sensor khusus yang bila pelanggan suhu tubuhnya di atas 38 derajat alat langsung berbunyi dan tidak diperkenankan masuk. "Kami menyediakan masker bagi datang tanpa masker. Bila ngotot tidak mau membeli atau tidak membawa dari rumah, pengunjung akan diminta pulang. Semua demi keamanan pengunjung lain. Bahkan, pegawai kami seluruhnya menggunakan masker, face shield, dan sarung tangan," ujarnya. Pembatasan kapasitas juga dilakukan dari penyediaan 350 kursi sebelum pandemi, kini sekitar 180.
Dia menambahkan ke depan sang pemilik berencana menambah lantai menjadi empat, termasuk memperluas area musala yang kini ada di lantai tiga. (dns/dra/k8)
