Suatu Hari di Masa Pandemi

- Senin, 19 Oktober 2020 | 17:13 WIB
ilustrasi Amrullah
ilustrasi Amrullah

Jumat pagi di sebuah rumah, langit biru. Cerah. Angin sepoi-sepoi. Rasanya alam semua ramah menyapa dengan daun hijau segar berseri di Bumi Khatulistiwa. Daun dan bunga melambai. Menjanjikan. Padahal, biasanya hampir tiap hari hujan. Langit seperti murung dan sepi menggigit suasana. Itulah kehidupan. Silih berganti. Ada hujan dan ada sinar matahari, keduanya dibutuhkan makhluk hidup. Tapi keduanya tidak mungkin ada pada saat sama. Bergiliran.

Lelaki paruh baya itu menggeliat sebentar di tempat tidurnya. Buku-buku berserakan di sekitarnya. Seperti juga kebiasaannya, membaca sebelum tidur. Kali ini novel Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, Jakarta Sebelum Pagi dan Semua Ikan di Langit. Juga buku Rintik Sedu, Geez & Ann.

Dia penasaran pada kedua penulis milenial itu. Usia masih di bawah 30 tahun sudah berkarya banyak buku. Ziggy malah sudah menerbitkan 27 buku dan ada dua yang menang lomba novel Dewan Kesenian Jakarta yang bergengsi itu. Pada lelaki itu dua kali mengirim karyanya belum mendapat apresiasi.

Tetapi berkali-kali dia membaca, masih belum mengerti model novel-novel itu. Mungkin beda generasi sehingga perlu waktu untuk mengerti karena berbeda sudut pandang. Dia harus membaca buku dari kaum milenial karena dia akan menyelenggarakan webinar Bulan Bahasa dengan tema dunia literasi. Dia akan mengundang penulis milenial karena karyawan di perusahaannya 60 persen kaum milenial. Supaya sama selera dan sudut pandangnya. Anak ragilnya yang sekolah SMA juga senang Rintik Sedu.

Ada buku lain berserak yang sudah dibacanya. Buku Revolusi di Nusa Damai dari Ketut Tantri. Buku lawas itu terbitan perdana 1965, hanya beberapa bulan setelah lelaki itu lahir di dunia. Buku itu sudah dibaca beberapa kali. Dia senang pada perjuangan nekat membela kemerdekaan Indonesia dari Ketut Tantri, perempuan Amerika yang menetap di Bali, dan suka membayangkan rumah kebun milik anak raja Bangli di bawah hutan sekitar Puri Besakih bila membaca deskripsinya.

Rumah kayu di tengah kebun kopi, perlu berjalan kaki lama dari jalan raya, ada beranda dan pemanas di kamar tengah, ada lukisan dan hiasan suvenir dari berbagai negara. Atau rumah penginapannya di pinggir Pantai Kuta dengan model arsitektur Bali kuno dipadu taman, kolam renang, kafe, galeri dengan beberapa lukisan Ketut Tantri.

Dia ingin punya rumah seperti penginapan Ketut Tantri digabung dengan milik anak raja di kebun kopi. Dia membayangkan lukisan Ketut Tantri seperti apa. Ketut Tantri tak suka lukisan penari atau perempuan telanjang. Padahal, lukisan Bali dari orang asing kebanyakan mengekspos itu. Lihat lukisan Le Mayeur, Emilio Abron, Willem Hofker, Rudolf Bonnet, Antonio Blanco. Bali masih sepi dan masih dijajah Belanda dan Jepang.

Juga ada buku di Bukit-Bukit Perhatian dari pengamat lukisan Agus Dermawan T. Buku itu sudah dibeli lebih 10 tahun di Samarinda tetapi baru sempat membacanya tuntas. Untuk menambah pengetahuan tentang dunia lukisan yang juga disukai oleh lelaki itu. Dia suka melukis dan pernah ikut beberapa kali pameran lukisan bersama. Dengan membaca dia bisa mengembara membayangkan dan menikmati lukisan Dullah, S Soedjojono, Lee Man Fong, Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Barli, Popo, Widayat, Affandi, Jeihan, dan masih banyak lagi.

Lelaki itu juga punya buku tebal Lukisan-Lukisan dan Patung-Patung Koleksi Presiden Sukarno. Masih ada buku Melukis itu Menulis dari AD Pirous, pelukis dan dosen seni rupa ITB. Buku itu dibeli di Bandung waktu pameran seni tahunan di ITB lebih 14 tahun lalu.

Buku memang sebagian dunia lelaki itu. Koleksinya lebih dua ribu buku yang dibelinya dari berbagai kota yang disinggahinya. Dari Aceh sampai Papua. Kebanyakan buku sastra yang dibeli waktu mahasiswa di lapak loak Jogja. Paling banyak, bukunya Pramudya. Hampir komplet. Juga, buku serial Api di Bukit Menoreh dari SH Mintardja. Ada 396 jilid.

Di akhir masa kerjanya di perusahaan itu dia ditugasi menjadi penulis pendamping dari karyawan yang layak dijadikan narasumber buku serial Knowledge Manajemen. Buku ini merupakan pengetahuan karyawan selama bekerja. Enam bulan sebelum pensiun, karyawan diberi kesempatan menuliskan semua pengetahuan selama bekerja dan nanti ditinggal di perusahaan dalam wujud buku.

Jarang perusahaan memberi kesempatan pada karyawannya seperti itu. Seorang konsultan pabrik melamin dari Belanda memuji perusahaan itu. Dia senang menerima tugas itu dan sudah sekitar 10 buku dituliskan bersama narasumber. Dia juga sudah menerbitkan sekitar 10 buku, dari puisi, cerpen, esai, novel sampai buku korporasi. Kebanyakan buku cerpen.

Hari-hari belakangan ini dia baru sibuk membaca naskah lomba esai dari lembaga bahasa provinsi. Dia tidak bisa ikut lagi lomba itu karena ditunjuk sebagai dewan juri. Sudah beberapa kali menang. Ada 50 naskah yang masuk sesuai batas kuota. Pada masa pandemi banyak orang menjadi suka menulis. Kalau rata-rata naskah ada 3–4 halaman, sudah ada 150 halaman yang harus dibaca. Dan dia harus menentukan pemenangnya.

Biasanya ada banyak lomba literasi memperingati Bulan Bahasa pada seputaran Oktober oleh lembaga bahasa. Tiga tahun belakangan ini, lelaki itu sering diminta lembaga bahasa menjadi pengajar untuk guru atau siswa meramaikan dunia literasi. Dia malah sudah diganjar penghargaan sebagai penggiat literasi di provinsi itu.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X