BLT Diklaim Ideal Kerek Daya Beli

- Senin, 19 Oktober 2020 | 15:53 WIB
Bantuan langsung tunai (BLT) tetap dianggap ideal untuk mendorong daya beli masyarakat di masa pandemi corona. Meski belum menunjukkan hasil memuaskan, stimulus ini diyakini mampu menahan penurunan lebih dalam.
Bantuan langsung tunai (BLT) tetap dianggap ideal untuk mendorong daya beli masyarakat di masa pandemi corona. Meski belum menunjukkan hasil memuaskan, stimulus ini diyakini mampu menahan penurunan lebih dalam.

SAMARINDA- Bantuan langsung tunai (BLT) tetap dianggap ideal untuk mendorong daya beli masyarakat di masa pandemi corona. Meski belum menunjukkan hasil memuaskan, stimulus ini diyakini mampu menahan penurunan lebih dalam. Seperti diketahui, kemampuan beli masyarakat masih rendah dilihat dari deflasi beberapa bulan berturut-turut. Pada September minus 0,40 persen dan Juli minus 0,17 persen.

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, BLT merupakan instrumen insentif fiskal yang paling cocok untuk kondisi saat ini. Permintaan masyarakat melemah dan bisa berdampak kurang baik khususnya kepada masyarakat kecil atau masyarakat bawah jika tidak segera dibantu.

“BLT yang bersifat tunai lebih efisien dibandingkan dalam bentuk barang yang kadang belum tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk meningkatkan konsumsi, uang tunai paling cocok. Karena bisa digunakan untuk membeli sesuatu yang paling dibutuhkan, apalagi masing-masing orang berbeda-beda kebutuhannya,” jelasnya, Minggu (18/10).

Menurutnya, masyarakat relatif masih membatasi kegiatan konsumsi non kebutuhan pokok. Hal itu sesuai survei konsumen Bank Indonesia pada September 2020 tercatat sebesar 82,17 menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 90,25. Hal itu juga terkonfirmasi dengan indeks penjualan eceran yang tercatat kontraksi 0,4 persen secara bulanan.

“Survei itu tak hanya untuk penerima BLT, tapi menyasar secara luas. Sehingga jika berbicara perbaikan konsumsi, tidak bisa langsung spesifik penerima BLT. Hanya saja BLT itu memang untuk meningkatkan konsumsi dan stimulus ini yang paling cocok saat situasi sekarang,” terangnya.

Terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, deflasi terjadi karena adanya penurunan beberapa harga komoditas pangan. Sementara itu, dari sisi permintaan konsumsi masyarakat juga masih rendah sehingga produsen mengalami kelebihan pasokan di pasar dan harga menjadi turun.

Secara teori demikian, sehingga jika deflasi terjadi beberapa bulan berturut-turut maka bisa dipastikan secara konsumsi masyarakat menurun. “Tekanan penurunan konsumsi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah yang mengalami deflasi berturut-turut,” jelasnya.

Dia menilai untuk meningkatkan konsumsi salah satu stimulus yang paling tepat adalah pemberian BLT. Meskipun saat ini masyarakat memang cenderung menahan belanjanya, lebih karena khawatir terhadap kasus Covid-19 yang belum dapat ditangani secara maksimal. Masyarakat juga cenderung menabung, sehingga ini yang membuat BLT tidak bisa langsung meningkatkan belanja. “Tapi memang, BLT yang paling cocok untuk meningkatkan konsumsi masyarakat,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X