Pemerintah akan fokus pada tujuh produk hilirisasi batu bara, yaitu gasifikasi batu bara, pembuatan kokas, underground coal gasification (UCG), pencairan batu bara, peningkatan mutu batu bara, pembuatan briket batu bara, dan coal slurry/coal water mixture.
Adapun, total sumber daya batu bara yang dimiliki Indonesia saat ini mencapai 149 miliar ton dengan cadangan 37,6 miliar ton. "Sekarang pemerintah berupaya untuk mengembangkan potensi tersebut melalui hilirisasi. Tapi apakah pengusaha sudah siap? Saat ini pengusaha batu bara masih fokus bertahan dalam situasi pandemi ini," ucapnya.
Kalau pun ingin ditekankan, menurutnya baru bisa terlaksana dalam jangka panjang. Kalau dalam waktu dekat sangat kecil peluangnya. Kemudian, pasar saat ini masih wait and see. Mayoritas produksi batu bara masih bentuk mentah, dikirim ke Tiongkok.
Diungkapkannya, hilirisasi batu bara sebenarnya sudah berjalan. Namun di level pengusaha kelas atas atau perusahaan besar. Kemudian, hilirisasi masih banyak dilakukan di Sumatra. Kalau di Kaltim hanya banyak dibangun smelter dan PLN.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Sujatmiko mengatakan, saat ini daerah penghasil dan Indonesia harus mengonversi bisnis batu bara sesuai perkembangan global dan dalam negeri, misalkan menerapkan clean coal technology (CCT).
Sujatmiko, menyampaikan Kementerian ESDM menargetkan penambahan tiga fasilitas peningkatan mutu batu bara (coal upgrading) pada 2024, 2026, dan 2028 dengan kapasitas masing-masing mencapai 1,5 juta ton per tahun.