SAMARINDA – Musibah banjir sudah tak asing bagi masyarakat Kota Tepian. Setiap musim hujan tiba, beberapa genangan menghiasi ibu kota Kaltim.
Beberapa hari terakhir, hujan dengan intensitas tinggi kerap menghiasi. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Reza Arian Noor menjelaskan, musim hujan dipresentasikan akan terjadi pada November mendatang. Namun, hujan yang kerap terjadi salah satu dampak dari fenomena alam La Nina.
"Kalau prediksi kita sih musim hujan awal November. Namun, dari kondisi memang ada atmosfer yang membuat pertumbuhan awan banyak, khususnya di pesisir Kaltim," ungkapnya. Suhu permukaan laut di sekitar Kaltim yang lebih hangat membuat intensitas hujan bisa lebih tinggi. Fenomena La Lina yang memengaruhi secara global memang ada pengaruh. Namun, berbeda-beda di setiap daerah.
"Efeknya bisa memajukan musim hujan. Menambah intensitas hujan juga bisa. Jadi, semisal sebulan curah hujan 300 mm, bisa naik 50 persen," terangnya.
Adanya fenomena La Nina secara global dan didukung kondisi regional bisa saja menyebabkan tingginya curah hujan. Reza mengimbau agar warga lebih berhati-hati.
"Waspada banjir juga, karena lebih banyak hujan juga sih. Dikhawatirkan La Nina-nya ada dan didukung kondisi suatu tempat. Efek itu yang berisiko jadi ancaman hidrometeorologi," kuncinya.
Dikonfirmasi soal persiapan menghadapi musibah banjir, Plh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda Hendra AH mengatakan, belum menyiapkan skema khusus dalam menghadapi risiko bencana. "Belum ada (skema). Kami sosialisasi saja di grup-grup dan BMKG juga ada menyebarkan info. Jadi, masyarakat ya siap-siap aja dulu," singkatnya.
TERBELAH JADI DUA
Intensitas hujan tinggi membuat beberapa titik longsor di daerah rawan mengalami musibah. Dini hari kemarin, suara gemuruh terdengar dari atap kediaman Sinaryansyah. Tanpa disadari, pohon aren tepat di sebelah kediamannya di Jalan Kakap, RT 17, Samarinda Ilir roboh. Menimpa kediamannya.
"Saya baru pulang jam setengah 4 subuh. Waktu orang pulas. Baru duduk lima menit di kasur, tiba-tiba rebah," ungkapnya. Pohon setinggi 7 meter rebah tepat di kamarnya, tempat ia dan anaknya istirahat. Sontak, bapak dua anak itu langsung melindungi anaknya yang tengah tertidur pulas. Atap beserta kerangka yang roboh ditahan dengan punggungnya. "Kalau enggak bisa jadi korban anak saya. TV yang keras aja rusak, apalagi manusia," jelasnya sambil memperlihatkan lukanya di lengan kanan.
Setelah seluruh keluarganya keluar dari rumahnya yang sudah terbelah jadi dua, pria 34 tahun itu melompat dari rumahnya. Ia menerangkan, sebelum rumahnya tertimpa pohon, dua hari sebelumnya memang terjadi hujan. Pohon tumbang karena tanah bukit tidak mampu menahan beban pohon.
"Memang ada tanda. Tanahnya mulai terkikis karena hujan deras dua hari ini. Di bawah pohon itu tampung air juga," jelasnya.
Dibantu relawan dan Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Samarinda serta BPBD Samarinda, Sinar membersihkan puing pohon rebah dan rumahnya. Sementara itu, kedua anaknya serta kedua orangtuanya tinggal di rumah kemenakan. "Tinggal di rumah keluarga dulu. Besok ada lagi dibantu buat tebang pohon sebelahnya karena rawan tumbang juga," kuncinya. Untuk langkah penanggulangannya, BPBD berencana menanam tumbuhan vetiver. Hal itu untuk mengikat tanah dan mengurangi potensi longsor. (*/dad/dra/k16)