PENILAIAN kenaikan kelas tidak hanya berdasarkan nilai akademik. Pada masa pandemi, meski kurikulum tidak tuntas, setiap guru bisa memberikan nilai dari berbagai unsur.
Akademik, keaktifan, ketepatan waktu, karakter/sikap, dan kejujuran dari pelajar selama mengikuti pembelajaran daring. Pada situasi sekarang, penilaian tengah semester pun ada yang mengalami kenaikan, tetap, maupun penurunan.
Muhaimin, kepala Dinas Peddidikan dan Kebudayaan Balikpapan menyatakan, nilai yang turun karena pelajar tidak terbiasa dengan daring dibandingkan sekolah seperti biasa, sehingga nilai pembelajaran tidak maksimal.
"Orangtua tidak perlu khawatir. Turun tidak masalah, selama pandemi tidak hanya nilai tapi banyak faktor dan kurikulum tidak tuntas. Guru tentu punya parameter, tidak hanya dari satu penilaian," ujarnya.
Kebijakan mengenai kenaikan kelas dikeluarkan dinas yang ditujukan kepada seluruh sekolah, sehingga nilai akademik bukan satu-satunya penentu kenaikan kelas. Walau demikian, bukan berarti orangtua dan anak menjadi cuek. Orangtua wajib memberikan semangat dan mendampingi putra-putrinya agar tidak ada masalah dalam pembelajaran daring.
"Dorongan semangat dari orangtua sangat dibutuhkan anak ketika belajar. Lalu ketika ujian atau kuis, anak diberikan kepercayaan bahwa mereka bisa mengerjakan soal tanpa menyontek," kata Muhaimin.
Dalam pembagian rapor, bila memang ada anak yang nilainya kurang atau menurun, orangtua dapat dipanggil ke sekolah. Menerapkan protokol kesehatan, sehari paling tidak 10 orangtua yang diundang. Dia juga meminta orangtua bisa mengikuti arahan yang disampaikan guru.
"Kalau ada kendala orangtua dan guru bisa sharing, jika memang tidak memungkinkan anak mengikuti daring bisa luring. Tinggal bagaimana komunikasi kedua pihak. Bagi yang nilainya rendah, guru bisa memberikan kesempatan remedial untuk dapat memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimal)," ujarnya. (lil/ms/k16)