TENGGARONG – Kejelasan kompetisi Tanah Air masih abu-abu. Liga 1 dan Liga 2 yang seharusnya sudah berjalan, kembali ditunda.
Sempat ingin digelar November mendatang, nyatanya Polri belum mengeluarkan surat rekomendasi terkait keamanan. Walhasil, pelatih, pemain, dan ofisial tim terkena imbasnya.
Salah satunya dialami oleh masseur Mitra Kukar Uthe Sukandar. Pria asal Garut itu mengaku kecewa dengan ditundanya kompetisi hingga waktu yang belum ditentukan. Saat ini Uthe memilih bertahan seorang diri di mes Mitra Kukar di Tenggarong.
“Kalau saya pulang ke Garut, berapa duit lagi yang harus saya buang di jalan. Lebih baik uang itu untuk istri dan anak saya. Jadi saya akan di sini (Tenggarong) sampai ada kejelasan kompetisi,” tutur pria yang hobi memancing itu.
Ya, selama pandemic, Uthe harus menerima gaji 25 persen dari Naga Mekes. Jumlah itu tentu jauh dari kata cukup untuk anggaran rumah tangga setiap hari. Belum lagi sang istri saat ini mengandung anak ketiganya. Tentu memerlukan biaya persalinan.
“Kalau saya tinggal di sini, setidaknya menekan pengeluaran,” imbuh dia.
Lebih lanjut, Uthe berharap para petinggi di negeri ini bisa membuka mata hatinya agar memberikan izin kompetisi. Pasalnya, Uthe meyakini masih banyak yang memiliki nasib seperti dirinya.
“Banyak yang menggantungkan hidup dari sepak bola. Kompetisi di negara lain saja sudah berjalan dengan catatan menjalankan protokol kesehatan dan tanpa penonton. Kenapa kita tidak bisa seperti mereka? Saya harap kompetisi tetap bisa bergulir November nanti,” pungkasnya. (don/abi/k16)