JAKARTA- Penyerapan produk properti cenderung melambat di masa pandemi. Sebagian segmen seperti penyewaan perkantoran misalnya, terpaksa mengalami penurunan demand karena dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Masing-masing segmen terus berupaya menggali pasar meski harga juga ikut menurun karena dampak okupansi.
Head of Research JLL Indonesia James Taylor memaparkan bahwa total penyerapan ruang sewa perkantoran di triwulan ketiga adalah kurang lebih 12.200 meter persegi dengan hampir setengah di antaranya dilakukan oleh perusahaan berbasis teknologi. ”Harga sewa untuk bangunan kelas A masih mengalami penurunan sebesar kurang lebih 0,5 persen di triwulan ketiga ini dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,” ujarnya, (16/10).
Di sektor ritel, lanjut James, tingkat hunian mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan kedua sehingga berada di angka 88 persen. Sebagian penyewa memilih untuk tidak beroperasi untuk sementara selama pengetatan kembali PSBB pada pertengahan bulan September. ”Baik pemilik gedung maupun penyewa bekerjasama dalam mengurangi dampak pandemi terhadap bisnis mereka,” tambahnya.
Menurut proyeksi JLL Indonesia, pasokan mal baru di masa yang akan datang diperkirakan bertambah sebesar kurang lebih 360 ribu meter persegi dan beberapa diantaranya diperkirakan akan beroperasi di akhir tahun 2020 dan sepanjang 2021. Di sektor kondominium, tingkat penjualan kondominium berada di level 62 persen tanpa ada pasokan baru yang diluncurkan di pasaran. ”Penyerapan melemah dikarenakan umumnya permintaan di sektor ini didominasi oleh para pembeli yang bertujuan untuk berin-vestasi, namun kini mereka lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas,” tegas James.
Head of Markets JLL Indonesia Angela Wibawa menambahkan bahwa tidak ada penambahan pasokan baru di kawasan CBD pada triwulan ketiga menyebabkan tingkat hunian cenderung stabil di angka 74 persen. Penyerapan di triwulan ketiga ini didominasi oleh perpindahan penyewa dari gedung grade B ke gedung grade A. ”Untuk kawasan Non CBD, terdapat satu gedung perkantoran baru yang selesai dibangun di Jakarta Utara sebesar 20,000 meter persegi. Tingkat hunian di Kawasan Non CBD juga masih stabil di angka 77 persen,” bebernya
Di lain segmen, JLL Indonesia menjabarkan bahwa sektor logistik dan perumahan tapak diprediksi tetap menjadi sektor yang diminati para pengembang lokal dan internasional di Indonesia mengingat besarnya peluang dari sisi sosial-ekonomi. Pengembangan pusat-pusat data (data centres) juga menjadi sektor baru yang ingin diketahui oleh operator serta pengembang. ”Kolaborasi antara pengembang lokal dan asing aktif terlihat dari peluncuran rumah tapak di wilayah Jabodetabek sepanjang tahun ini,” pungkasnya. (agf)