Bambang Iswanto
Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda
DON’T judge a book by its cover. Ada dua makna yang bisa dilihat dalam menerjemahkan kalimat pendek populer tersebut. Makna tersurat dan makna tersirat.
Makna tersurat dari kalimat pendek tadi adalah jangan menilai buku dari sampulnya. Hanya berkisar seputar penilaian atas sebuah buku. Buku tidak bisa dinilai dengan hanya melihat sampulnya tanpa membaca isi dari buku.
Sampul bagus yang terlihat secara lahiriah, tidak bisa dijadikan ukuran untuk menakar kualitas isi dari buku. Bisa jadi, sebuah buku sampulnya terlihat bagus tetapi isinya tidak bermutu atau tidak memberikan manfaat. Sebaliknya, sangat mungkin buku yang tidak terlihat bagus tampilan luarnya, justru sangat bagus isinya.
Makna tersirat dari pepatah Inggris di atas, bisa dihubungkan dengan apa saja selain buku. Intinya adalah jangan menilai sesuatu hanya dengan melihat yang kasatmata. Menilai sesuatu harus utuh, lahir, dan batin. Jika harus memilih, mana yang harus didahulukan antara yang luar dan isi, dalam banyak hal isi yang harus didahulukan.
Untuk urusan memilih calon pemimpin, kaidah mendahulukan isi dibandingkan luar harus dipakai. Kapasitas dan kapabilitas sering yang tidak kasatmata sering terhijab dengan tampilan luar calon pemimpin.
Cara untuk mengetahui isi kepala dari calon pemimpin adalah dengan melihat visi dan misi yang mereka susun. Visi dan misi yang merupakan target dan “mimpi-mimpi” calon pemimpin sering terkubur oleh tampilan luar. Di dalamnya juga tertuang bagaimana pemimpin mengatasi masalah-masalah yang dihadapi rakyat dan memperjuangkan kondisi rakyat dan daerahnya menuju kondisi yang lebih baik.
Masyarakat yang sudah dewasa dalam berdemokrasi, menjadikan kualitas visi dan misi kepemimpinan sebagai parameter layak dan layaknya seseorang dijadikan pemimpin. Calon pemimpin semakin berkualitas jika telah mengukir rekam jejak yang baik dan memiliki rencana serta arah ke mana rakyat yang dipimpinnya akan dibawa.
Dalam pemilihan kepala daerah seperti pemilihan wali kota dan bupati beserta wakilnya pun demikian. Masyarakat harus bisa membaca isi kepala dari calon. Kapasitas dan kapabilitas kepemimpinan yang dituangkan dalam visi dan misinya, harus ditakar. Apakah calon yang ditawarkan mumpuni atau tidak. Atau mengukur, mana di antara para calon yang paling mumpuni kapasitas dan kapabilitasnya.
Melihat visi dan misi calon pemimpin bagian penting dari penilaian calon pemimpin daerah. Fungsinya sebagai jalan penghindar, agar masyarakat tidak terjebak dalam kesalahan dalam menakar kualitas kepemimpinan.
Parameter keliru yang sering dijadikan patokan dalam menakar kepemimpinan adalah “sampul” tampilan luar semu, yang sering dibuat musiman menjelang pemilihan saja. Semua dibangun secara instan melalui pencitraan.