Satu Dekade Lebih Shinta Ratri Mendirikan Al Falah, Ponpes Khusus Waria

- Rabu, 14 Oktober 2020 | 15:30 WIB
Satu dekade lebih Shinta gigih mempertahankan pondok pesantren serta membela hak komunitas waria agar tetap menjalankan ibadah itu membuahkan penghargaan.
Satu dekade lebih Shinta gigih mempertahankan pondok pesantren serta membela hak komunitas waria agar tetap menjalankan ibadah itu membuahkan penghargaan.

Al Falah tak cuma menjadi rumah para waria untuk beribadah dan belajar agama, tapi juga berkegiatan sosial. Bantuan mengalir selama pandemi ini dan sebagian selalu disisihkan untuk warga sekitar.

 

M. Hilmi S., Jakarta-Winda A.I.P., Jogjakarta,

Jawa Pos

 

OMBAK terbesar sudah berhasil dia lalui. Jadi, ketika ada gelombang lain menghajar, Shinta Ratri tetap tegar berdiri. Ombak terbesar itu terjadi empat tahun silam. Saat pondok pesantren (ponpes) khusus waria yang dia dirikan dan kelola diprotes sekelompok masyarakat dan diminta tutup.

’’Saya berusaha tetap tenang ketika itu dan akhirnya bisa mendapatkan kembali hak untuk membuka kembali kegiatan pesantren,’’ katanya pada webinar seri ketiga dalam rangkaian Festival Inklusi 100 Persen pekan lalu.

Sementara itu, gelombang yang tak kalah keras menghantam adalah pandemi Covid-19 yang kini terjadi. Musibah yang sangat mengganggu keseharian Al Falah, ponpes yang dia dirikan pada 2008. ’’Itu belum dampak ekonomi kepada para santri,’’ ujarnya tentang 42 santri yang mondok di Al Falah.

Tapi, ketenangan dan ketegarannya berbuah. Bantuan sembako dari sejumlah lembaga dan rekan mengalir ke ponpes yang berada di Kotagede, Jogjakarta, tersebut. Donasi itu pun lantas dibagikan ke para santri.

Namun, tidak semua. Sebagian tetap disisihkan untuk warga sekitar pesantren. Tujuannya, semakin merekatkan hubungan sosial pesantren dengan tetangga lingkungan sekitar.

Satu dekade lebih Shinta gigih mempertahankan pondok pesantren serta membela hak komunitas waria agar tetap menjalankan ibadah itu membuahkan penghargaan. Sebagaimana dilansir Jawa Pos Radar Jogja, pengabdian dan komitmen itu pula yang membawanya diganjar penghargaan sebagai pembela HAM (hak asasi manusia) dari Front Line Defenders, organisasi internasional untuk perlindungan pembela HAM yang berbasis di Republik Irlandia.

Front Line Defenders pun memberikan bantuan 6.500 euro (sekitar Rp 100 juta) lewat program Save and Security. ’’Ya, kita menjaga ini saja. Nanti Oktober baru saya berangkat ke Irlandia,’’ katanya kepada Jawa Pos Radar Jogja dalam kesempatan berbeda.

Selama pandemi ini, lanjut Shinta yang juga waria, para santri Al Falah tidak bisa berkumpul secara penuh di dalam pesantren. Banyak yang pulang atau memilih indekos tidak jauh dari pesantren.

Pada awal-awal pandemi dahulu, seluruh kegiatan pembelajaran di pesantren berhenti total. Baik yang bersifat agama maupun nonagama.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X