JAKARTA – Tren ekspor produk minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) melandai pada Agustus lalu. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, ekspor produk minyak sawit sebesar 2,68 juta ton atau turun sekitar 14,3 persen dari bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono membeberkan bahwa penyebab turunnya volume ekspor adalah pengaruh Covid-19. Juga, kenaikan harga minyak sawit yang mengakibatkan perbedaan harganya dengan minyak nabati lain signifikan. Terutama dengan minyak kedelai. ”Sebagian pengguna beralih ke minyak lain. Importer juga menunggu perubahan harga,” ujarnya kemarin (13/10).
Nilai ekspor produk minyak sawit pada Agustus pun lebih rendah daripada nilai ekspor Juli. Bila melihat ekspor produk minyak sawit ke berbagai negara tujuan, Mukti menyebutkan bahwa ekspor minyak sawit ke India pada Agustus turun sebesar 36,4 persen atau sekitar 200.000 ton. Ekspor ke Tiongkok pun turun sebesar 1,7 persen atau sekitar 11.000 ton.
”Tetapi secara year-on-year, ekspor ke India hampir 600.000 ton lebih tinggi dari 2019. Sedangkan, ke Tiongkok hampir 2 juta ton lebih rendah,” beber Mukti.
Sementara itu, soal konsumsi domestik, kinerja minyak sawit pada Agustus mencapai 1,38 juta ton atau mengalami penurunan sekitar 3,3 persen dari 1,43 juta ton pada Juli. Bila diperinci, konsumsi minyak sawit untuk pangan pada Agustus naik sekitar 1,9 persen menjadi 654.000 ton. Sementara itu, konsumsi untuk oleokimia naik 2 persen menjadi 151.000 ton. Sebaliknya, konsumsi biodiesel turun 9,8 persen menjadi 576.000 ton.
Menyinggung soal produksi, minyak sawit Indonesia pada Agustus mencapai 4,8 juta ton atau lebih tinggi 13,74 persen dari bulan sebelumnya. Itu juga lebih tinggi 2,1 persen daripada Agustus 2019. ”Peningkatan produksi terjadi, selain karena mengikuti siklus musim, karena tanaman sudah menunjukkan kepulihan setelah pemupukan semester I 2020 kembali normal,” pungkas Mukti. (agf/c12/hep)