Oleh:
Putri Indar Dewi
Mahasiswi Prodi KPI IAIN Samarinda
Wabah Coronavirus Disease (Covid-19) masih saja menghantui sejumlah negara di dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Awal Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan dua warga Indonesia dinyatakan positif Covid-19.
Sejak itulah, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk memutus rantai virus corona. Salah satu upaya pemerintah ialah dengan menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah yang memiliki tingkat penularan tinggi.
PSBB sebuah penyelenggaraan pembatasan kegiatan-kegiatan di tempat umum dan mengkarantina diri dalam rumah, sehingga semua kegiatan dilakukan dari rumah. Selama kurang lebih 7 bulan dilanda Covid-19, berbagai persoalan muncul sebagai dampak pandemi.
Banyak dokter yang gugur dalam memerangi virus corona dan perekonomian masyarakat lesu. Meski bantuan disalurkan, pembagiannya belum merata dan tidak menjangkau seluruh rakyat. Para pekerja atau buruh terancam PHK karena perusahaan tempat mereka bekerja terdampak virus corona.
Para pelajar yang tinggal di pedesaan sulit melakukan pembelajaran online karena susahnya mengakses jaringan internet. Tindakan kriminal pun meningkat karena terdesak keadaan. Belum lagi maraknya pemberitaan bohong, sehingga banyak masyarakat yang mudah diperdaya.
Di balik kerumitan yang dihadapi selama penanganan Covid-19, Pak Terawan selaku menteri kesehatan sangat minim dalam memberikan tanggapan mengenai hal ini. Bahkan terkesan menyembunyikan diri dari publik.
Pada 5 Oktober 2020, masyarakat dikejutkan dengan disahkannya UU Cipta Kerja pada sidang paripurna yang sangat merugikan rakyat kecil. Pengesahan dilakukan secara sepihak oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terhormat.
Berbagai kritik dan saran yang dilontarkan oleh tokoh yang berpihak kepada rakyat tidak didengarkan sama sekali. Pandemi hanya sebagai “jalan tikus”, kepentingan rakyat mati karena adanya kepentingan oligarki. Suara rakyat tidak lagi menjadi sebuah pertimbangan oleh penguasa saat ini.
Di mana tugas para anggota DPR yang katanya mewakili rakyat? Ke mana perginya janji-janji manis yang dulu Anda lontarkan ketika berkampanye? Kalian terpilih karena rakyat percaya Anda dapat menyampaikan aspirasinya.
Namun, nyatanya Anda malah mengkhianati kepercayaan rakyat. Rakyat kecewa akan tindakanmu yang lebih mementingkan kesejahteraan para petinggi dibandingkan rakyat sendiri.