Sehari tiga kali kebakaran terjadi, Senin (12/10), membuat petugas pemadam kebakaran dan relawan berjibaku dengan api dalam tempo relatif cepat. Tiga kawasan diserang si jago merah. Semuanya berada di permukiman padat.
CAHAYA kuning terang, diikuti hawa panas. Jam dinding menunjukkan pukul 02.20 Wita. Kebakaran di Jalan Aminah Sukur, Gang Mulia, RT 18, Kelurahan Pelabuhan, Kecamatan Samarinda Kota, menjadi pembuka dua peristiwa serupa selanjutnya.
Supardi, ketua RT setempat menuturkan, dia yang tengah tertidur tiba-tiba terbangun begitu mendengar pekikan tetangganya. Matanya terbelalak ketika melihat api yang mengamuk hebat tepat di sebelah rumahnya. Bergegas dirinya bersama keluarganya menyelamatkan diri. “Langsung keluar aja pokoknya,” ujarnya sembari mengatur napas. Sementara Herry Suhendra, pria yang juga menjabat sebagai Humas Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar) Samarinda tinggal tak jauh dari lokasi.
“Saya kaget dibangunkan orangtua. Ibu nangis-nangis, saya coba menenangkan,” ungkapnya. Beruntung kejadian dini hari itu tidak ada angin kencang,” ujarnya. Pasalnya, jika menyeberang ke kawasan Gang Bakti, puluhan rumah di kawasan itu rata-rata dari kayu dan berimpitan. Daerah tersebut juga sangat sempit. Selain itu, sangat kesulitan akses air.
Berselang tujuh jam, amukan jago merah kembali terjadi di Jalan Lambung Mangkurat, Gang Adonara, RT 7, Kecamatan Samarinda Ilir. Bangunan yang terbakar jauh lebih banyak. Enam bangunan sisa arang. "Saya lihat api sudah membesar di loteng. Setelah itu pemadam datang," kata Abdul Razak, warga yang rumahnya ludes terbakar. Sempitnya akses jalan dan banyaknya kerumunan warga, menjadi kendala yang dihadapi.
Setelah menghanguskan dua kawasan permukiman padat, amukan jago merah rupanya belum mereda. Musibah kebakaran melompat ke Jalan Dr Wahidin Sudiro Husodo, RT 12, Kelurahan Dadi Mulya, Kecamatan Samarinda Ulu. Kepulan asap hitam tiba-tiba membubung tinggi.
Ngatimah (60) yang hendak membuatkan susu cucunya teriak sekeras-kerasnya melihat api telah membesar di plafon rumahnya. "Saya habis salat," ucapnya. Pekikan itu mengejutkan anak perempuan dan ketiga cucunya. Termasuk warga sekitar. "Cucu langsung ikuti saya karena minta susu juga. Megang baju saya. Terus tetangga langsung bantu," terangnya.
Melihat kobaran api semakin menjadi, Ngatimah, anaknya, dan ketiga cucunya keluar dari rumah. Sebelum lari menjauh, Ngatimah sempat mematikan meteran listrik. "Saya enggak ada nyalakan kompor dan pakai obat nyamuk bakar atau elektrik," jelasnya.
Enam rumah yang dindingnya saling berdempetan akhirnya ludes dilahap si jago merah. Total ada 14 bangunan yang kemarin diserang musibah kebakaran.
Pihak kepolisian di masing-masing daerah yang terjadi musibah, turut melakukan penelusuran untuk mencari bukti-bukti penyebab kebakaran tersebut. Polisi juga sudah meminta beberapa keterangan dari korban-korban yang rumahnya jadi korban. Jika ditotal, ada sekitar 70 jiwa terpaksa kehilangan hunian dan menumpang di tempat kerabat dan saudara. (*/dad/dra2/k8)