Banyak instrumen yang bisa dipilih untuk menyempurnakan keindahan rumah. Kolam ikan koi, satu di antaranya. Bahkan kalau sudah hobi, uang bukan lagi ukuran.
LAHAN yang berada di sisi kiri rumah milik Hendi Rofiansyah, semula disiapkan sebagai garasi kendaraan. Namun belakangan, kepada arsitek yang merancang rumahnya, Hendi meminta garasi dipindahkan, sedangkan lahan tersebut disulap menjadi kolam ikan yang diisi koi.
Kolam berukuran 3x6 meter itu memiliki kedalaman hingga 2 meter. Ditambah dengan tangki memanjang di atas salah satu sisi kolam. Kapasitas air dalam kolam mencapai 40 ton. Air yang digunakan berasal dari sumur bor, guna menghindari zat klorin yang digunakan dalam proses pengolahan air bersih. Sebab, zat klorin bisa menjadi racun yang menyebabkan ikan mati.
Dikelilingi kaca transparan berukuran tebal sebagai pagar pembatas. Dari berbagai kejadian atau insiden yang pernah ia dengar, ia meminta agar lebih memerhatikan keamanan bagi pemilik. Gunakan kabel atau sistem listrik yang aman. Pagar kaca yang digunakan juga berfungsi sebagai pengaman, terutama bagi anak-anak. ”Safety first, karena tidak sebanding lah nyawa dengan hobi,” pesannya.
Posisi kolam sengaja diatur dekat dengan kamar tidurnya, sehingga ada kenikmatan melihat ikan-ikan berenang ketika bangun tidur. Puluhan ikan koi berbagai jenis dan ukuran berenang dengan anggun menampilkan corak warna-warninya. Tidak hanya ikan lokal, ada pula ikan impor dari Jepang yang telah memiliki sertifikat.
Pada kolam didesain menjadi tiga bak fiber. Satu bak fiber berbentuk oval tengah khusus digunakan untuk karantina bagi ikan-ikan yang hendak diikutkan kontes. Tidak hanya di samping rumah, di dalam rumah juga terdapat kolam berukuran sedang. Yang memungkinkan pemilik beristirahat menonton televisi sekaligus duduk di tepi kolam.
Di lantai dua rumahnya yang berada di Cluster Vancouver Blok HP Balikpapan Baru tersebut, juga terdapat dua bak fiber berukuran besar yang penuh dengan ribuan telur ikan dan bibit ikan yang baru menetas. Semua itu demi menyalurkan hasrat hobinya kepada ikan koi.
“Kesalahan para pemula, ikan buru-buru dimasukkan ke kolam baru. Padahal butuh waktu, karena filter belum mature dan belum terbentuk ekosistemnya,” ujar pekerja swasta ini.
Demi kelangsungan hidup dan ikan-ikannya tetap sehat, Ketua Balikpapan Koi Club (BKC) ini juga membangun chamber atau sistem penyaringan kolam khusus. Chamber merupakan nyawanya kolam, karena sangat membantu pembentukan ekosistem. Terdapat lima chamber yang memiliki fungsi berbeda. Selain sebagai filter, Hendi juga menggunakan crystal bio guna menghasilkan bakteri baik.
Pada kolam juga terdapat aerator bottom drain yang berfungsi menghasilkan gelembung udara dari bawah. Bertujuan menggerakkan air di dalam agar kaya oksigen dan menjaga kualitas air. Aerator juga membantu kerja insang ikan. Tak kalah penting, harus ada skimmer di tiap tepi kolam untuk menyedot kotoran yang berada di permukaan air.
Kolam dinavigasi sedemikian rupa; aerator, penerangan hingga automatic feeding bisa di-setting/difungsikan melalui handphone. Dan tak lupa ia menggunakan aki serta solar panel sebagai backup bilamana terjadi listrik padam. Jika tidak, sangat berisiko ikan mati massal.
Dengan berbagai fasilitas dan sistem tersebut memang tidak mudah dan murah. Hendi rela merogoh kocek hingga Rp 150 juta demi membangun kolam koi yang baik, sehat, dan ideal.
“Kalau soal biaya, bergantung dari besarnya kolam. Semakin besar tentu semakin besar bujet yang dikeluarkan. Sebenarnya, bujet Rp 6 juta pun bisa membuat kolam minimalis, ataupun menggunakan akuarium sedang,” ungkap pria kelahiran Palembang, 12 Juni 1985 tersebut. (ulil mu’awanah/ind/k15)
