Harga Kelapa Sawit Terus Meroket

- Senin, 12 Oktober 2020 | 11:15 WIB
PERBAIKI DAYA BELI: Harga tandan buah segar kelapa sawit di tingkat petani, September lalu, berhasil menyentuh Rp 1.634 per kilogram.
PERBAIKI DAYA BELI: Harga tandan buah segar kelapa sawit di tingkat petani, September lalu, berhasil menyentuh Rp 1.634 per kilogram.

SAMARINDA–Daya beli petani diprediksi terus mengalami perbaikan. Selain tengah memasuki masa panen, saat ini harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani tercatat mengalami peningkatan. Yakni sudah di level Rp 1.634 per kilogramnya. Lebih tinggi dibandingkan titik terendah harga TBS tahun ini yang mencapai Rp 1.324 per kilogram pada Juni lalu.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, harga crude palm oil (CPO) global pada September meningkat, sehingga harga TBS mengikuti. Harga CPO mencapai USD 738 per metrik ton (MT), meningkat 12,34 persen dibandingkan Agustus USD 656 per MT.

“Pandemi membuat kinerja ekspor menurun, sehingga harga CPO sempat jatuh pada Juni. Namun, perlahan kegiatan perekonomian dunia pulih dan permintaan CPO kembali meningkat,” katanya, Minggu (11/10).

Djafar menjelaskan, fluktuasi pada perkebunan kelapa sawit merupakan hal wajar. Penurunan bisa terjadi, namun pasti ada peningkatan kembali. Karena itu, para pelaku usaha dituntut memiliki daya saing, sehingga semakin kompetitif dan harganya tidak terus menurun. Jika tidak berdaya saing, kelapa sawit bisa digantikan dengan jenis minyak nabati lainnya.

Sebab, minyak nabati lain seperti minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak bunga matahari, sedang berlomba-lomba merebut pasar di negara konsumen yang menjadi tujuan ekspor Kaltim. “Kini harga masih bisa meningkat sebab kelapa sawit masih sangat dibutuhkan berbagai negara,” tuturnya.

Menurut dia, perkebunan kelapa sawit hanya punya satu pilihan yaitu menjadi makin produktif dan efisien. Salah satu yang menyebabkan minyak sawit unggul hingga sekarang, karena biaya produksinya yang murah karena produktivitas yang tinggi relatif dibanding minyak nabati lain. Sehingga jika mempertahankan produksi yang baik, harga TBS juga akan lebih baik.

“Kami optimistis harga CPO akan terus meningkat sampai akhir tahun. Selain ekspor, kini serapan domestik juga sudah semakin baik seiring masifnya program mandatori biodiesel 30 persen (B30),” pungkasnya. (ctr/ndu/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X