BALIKPAPAN–Banyak yang tak menyadari kanker payudara tak hanya menyerang perempuan. Penyakit yang terjadi ketika sel abnormal tumbuh pada struktur jaringan payudara itu juga dapat menyerang laki-laki. Walaupun persentasenya sangat kecil. Hanya 1 persen.
Hal tersebut diungkapkan dr Leise Kestia Rosalyn Limpeleh SpB pada Webinar "Waspada, Kenali Ciri-Ciri Kanker Payudara sejak Dini!”, Jumat (9/10). Yang dilaksanakan Siloam Hospital Balikpapan, memperingati Breast Cancer Awareness Month atau Bulan Peduli Kanker Payudara Sedunia yang dilaksanakan setiap Oktober.
Dokter Bedah di Siloam Hospitals Balikpapan itu menerangkan penyebabnya paling sering kanker payudara menyerang laki-laki karena faktor genetik atau keturunan. “Lalu ada terkena paparan radiasi di daerah dada,” kata dia.
Penyebab lainnya adalah karena faktor obesitas atau penumpukan lemak yang sangat tinggi di dalam tubuh sehingga membuat berat badan berada di luar batas ideal. Dan ada juga kanker payudara yang terjadi pada laki-laki karena penggunaan hormon dalam waktu yang relatif lama.
“Misalnya terkena kanker prostat. Biasanya menggunakan hormon estrogen. Dan efek sampingnya itu bisa menyebabkan kanker payudara,” ungkap Leise.
Sebab itu, dia merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri agar sedini mungkin. Apalagi para laki-laki biasanya tidak memiliki kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker payudara. Selain itu, bisa melakukan pemeriksaan payudara klinis (sadanis) yang dilakukan petugas medis. Sadanis ini, dilakukan ketika menemukan benjolan di payudara. “Untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” kata Leise.
Selanjutnya adalah screening kanker payudara, yakni tes atau pemeriksaan untuk menemukan kanker pada orang yang memiliki faktor risiko. Namun, belum menunjukkan gejala kanker. Tujuannya karena hampir tidak ada keluhan pada stadium dini, yakni stadium 0 dan stadium 1.
“Karena benjolannya sangat kecil dan tidak teraba. Sehingga harus dilakukan deteksi dini melalui screening. Supaya saat stadium awal, bisa disembuhkan. Untuk menurunkan angka kejadian dan angka kematian kanker payudara,” jelasnya.
Dia pun menjelaskan angka kejadian kanker payudara masih tinggi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan angka kanker payudara di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100 ribu penduduk Indonesia. Dengan rata-rata kematian karena kanker ini mencapai 17 orang per 100 ribu penduduk Indonesia.
“Tapi perlu dicatat ini yang diperiksakan ke dokter. Kalau saya lihat di luar negeri, ada sekitar 150 orang per 100 ribu penduduk. Angkanya masih sangat tinggi,” ucapnya.
Tingginya angka tersebut, menurut dia, karena masih banyak masyarakat yang takut memeriksakan diri. Pasien kurang informasi dan sosialisasi tentang pemeriksaan payudara. Lalu langkah pencegahan dan pengobatan jika mengidap kanker payudara. Hal lainnya, adalah payudara disimbolkan sebagai lambang kehormatan perempuan.
“Biasanya wanita takut, kalau sudah didiagnosis kanker payudara, pasti akan diangkat seluruh payudaranya. Padahal untuk operasi kanker payudara tidak semuanya diangkat. Sesuai dengan stadiumnya,” jelas dia.
Jika diagnosis kanker payudara stadium awal, maka bagian yang diangkat hanya tumornya saja. Kemudian dilakukan radioterapi. Ketakutan lainnya, adalah masalah biaya. Padahal biaya pengobatan kanker payudara telah ditanggung BPJS Kesehatan.
“Mulai pemeriksaan awal, operasi, kemoterapi, bahkan sampai radioterapi. Jangan dijadikan alasan untuk takut, karena sudah di-cover BPJS Kesehatan,” pungkas Leise. (kip/dwi/k8)