Kendati tabung elpiji 3 kilogram merupakan gas bersubsidi, sepertinya belum diterapkan baik di Kutim. Terbukti di sejumlah kecamatan khususnya pedalaman, harga tabung melon itu bisa mencapai Rp 60 ribu per tabung.
SANGATTA – Kadisperindag Kutim Zaini menyebut, pihaknya tengah mencari solusi konkret agar dapat menyamaratakan harga elpiji. Saat ini sedang menyiapkan data untuk memberikan subsidi di seluruh kecamatan. "Di kecamatan-kecamatan sudah kami data, subsidi elpiji akan diberikan untuk masyarakat yang membutuhkan," ungkapnya saat diwawancarai.
Diketahui, rata-rata harga elpiji 3 kg di Sangatta dibanderol Rp 30–33 ribu, sedangkan di kecamatan lain tergolong mahal. Seperti di Bengalon mencapai Rp 35 ribu, begitu pula di Karangan yang mencapai Rp 40 ribu, bahkan di kecamatan terujung yakni Sandaran, mencapai Rp 60 ribu satu tabung. "Apalagi saat Covid-19, banyak warga yang membutuhkan, sehingga kami samakan semua menjadi Rp 20.500 per tabung," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kasi Perdagangan Dalam Negeri Donny Evriady mengatakan, seharusnya masyarakat dapat mendapat harga yang benar. Pihaknya akan bekerja sama dengan kecamatan supaya elpiji bersubsidi itu bisa menyentuh masyarakat tidak mampu. "Kami melibatkan kecamatan untuk membagikan ke masyarakat yang memang berhak. Sistemnya tidak seperti pembelian biasanya. Penerima subsidi harus menukarkan fotokopi kartu keluarga (KK)," jelasnya.
Setiap satu KK hanya berhak menerima satu tabung. Hal itu akan dilaksanakan selama dua bulan. Dalam satu bulan, akan dilakukan dua kali subsidi harga. Itu pun, ucap dia, hanya dibagikan kepada warga yang telah didata ketua RT setempat. "Kalau cuma bawa KTP tidak bisa. Harus KK, itu yang sudah didata. Selain membawa surat yang dimaksud, masyarakat wajib membawa tabung kosong yang akan ditukarkan, " terangnya.
Langkah selanjutnya, Disperindag akan mengantar ke seluruh kecamatan sesuai data yang diajukan camat. Termasuk aturan akan diperketat saat di agen. Menurut Donny, agen tidak boleh lengah. "Masing-masing kecamatan harus menelaah lebih dulu datanya, jangan sampai ribut di masyarakat," harapnya.
Akses di Kutim memang dikenal sulit untuk dilalui. Tak jarang mobil pengangkut kandas di tengah jalan. Hal itu diduga menjadi pemicu tingginya harga di kecamatan terjauh. Untuk itu, pihaknya menganggarkan Rp 1,5 miliar untuk memberi subsidi. "Kami sudah rapat dengan agen, akan berpatokan dengan data yang ada. Begitu pula saat rapat dengan PT Pertamina dan satgas kepolisian. "Sebenarnya pengecer itu tidak ada. Masyarakat juga jangan membeli di pengecer, mereka itu yang membuat langka," tegasnya. (*/la/dra/k16)