Penyusup Bikin Demo Rusuh, Incar Mobil Polisi, Gedung DPRD, hingga Fasilitas Umum

- Jumat, 9 Oktober 2020 | 16:16 WIB
Demo menolak Omnibus Law di Jakarta.
Demo menolak Omnibus Law di Jakarta.

JAKARTA– Gelombang penolakan terhadap Undang-Undang (UU) Cipta Kerja terus meluas. Mahasiswa, serikat pekerja, dan berbagai elemen masyarakat kemarin turun ke jalan. Di beberapa daerah, demonstrasi berakhir dengan kerusuhan. Pemicunya diduga adanya penyusup yang memanfaatkan aksi demo untuk memperkeruh suasana.

Di Jakarta, setidaknya terdapat lima titik aksi pembakaran dan perusakan kendaraan. Polda Metro Jaya menduga aksi itu dilakukan kelompok anarko. Pantauan Jawa Pos kemarin siang, pembakaran terjadi di pos polisi Patung Kuda dan Harmoni. Lalu, sorenya api membakar dua halte bus Trans Jakarta di Sarinah dan Bundaran HI.

Perusakan mobil polisi juga terjadi di Tangerang. Hingga kemarin belum diketahui siapa pelaku kerusuhan tersebut. Namun, selama ini kelompok anarko disebut polisi sebagai kelompok yang berupaya membuat kerusuhan. Kamis lalu Polda Metro Jaya menangkap 40 orang yang diduga angota kelompok anarko. Jumlah yang ditangkap terus meningkat hingga sore. Menurut Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombespol Yusri Yunus, hingga pukul 17.00, yang diamankan hampir 500 orang. ’’Sebagian diduga adalah kelompok anarko, bukan mahasiswa dan buruh,’’ paparnya kemarin.

Karena itu, polisi menduga pembakaran dan perusakan di Jakarta juga dilakukan kelompok anarko. ’’Ada arah ke anarko ini,’’ papar mantan Kabidhumas Polda Jawa Barat tersebut.

Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menampik kabar keterlibatan mahasiswa dalam aksi anarkistis kemarin (8/10). Koordinator Media BEM SI Andi Khiyarullah menuturkan, mahasiswa mulai menarik diri sejak sore setelah terjadi chaos. Mahasiswa ditarik mundur pukul 15.30 WIB untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tak berselang lama, pukul 16.30 WIB, seluruh massa BEM SI ditarik mundur. ”BEM SI satu komando, tarik mundur setelah chaos,” tegasnya.

Disingung soal aksi kekerasan yang diterima mahasiswa, Andi mengaku belum ada laporan resmi. Hingga kemarin petang, tim dari setiap perguruan tinggi masih sibuk mengevakuasi massa aksi masing-masing. Massa mahasiswa berkumpul sejak pagi di sekitar gedung Grapari, Jakarta Pusat. Niat mereka menuju istana dicegat oleh aparat. Sekitar 5 ribu mahasiswa turun ke jalan untuk memperjuangkan hak rakyat yang telah dirampas melalui UU Cipta Kerja.

Dalam aksi tersebut, mahasiswa menuntut Jokowi mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) untuk membatalkan UU Cipta Kerja. ”Kami sepakat menolak dan mengusahakan alternatif lain seperti judicial review dan mendesak presiden mengeluarkan perppu,” tegasnya.

 

Surabaya

Di Surabaya, unjuk rasa juga diwarnai perusakan sejumlah fasilitas publik. Termasuk mobil operasional Polda Jatim. Demonstrasi berlangsung di tiga titik. Yaitu, depan Gedung Negara Grahadi, kantor gubernur Jatim, dan depan kantor DPRD Jatim. Namun, konsentrasi massa terpusat di depan Grahadi, Jalan Gubernur Suryo. Massa berdatangan sejak siang. Jumlahnya diperkirakan lebih dari 10 ribu orang. Akibatnya, jalan utama di Kota Pahlawan itu lumpuh total.

Situasi mulai tidak terkendali sekitar pukul 14.00. Massa melempari aparat dengan botol air mineral. Gulungan besi berduri yang dipasang memanjang di depan Grahadi diseret. Setelah itu, mereka merangsek masuk Grahadi dari sisi barat hingga pagar besinya jebol. ’’Hidup mahasiswa. Hidup rakyat,’’ teriak mereka.

Kian sore situasi makin tak terkendali. Karena massa terus bertahan di Grahadi, aparat Polda Jatim dan Polrestabes Surabaya bertindak. Gas air mata dan water canon dikerahkan untuk memukul mundur massa. Namun, aksi itu membuat para demonstran makin marah. Mereka melemparkan berbagai benda ke arah polisi. Pada pukul 15.20, massa merusak mobil operasional Polda Jatim, Mitsubishi Triton bernopol L 9335 PL.

Badan eksekutif mahasiswa (BEM) dari sejumlah kampus yang ikut dalam demonstrasi menolak anggapan bahwa tindakan anarkistis itu dilakukan oleh mahasiswa. Aktivis BEM Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Renaldi Putra Arbianto mengatakan, mahasiswa tetap fokus pada tujuan utama. Yaitu, menolak UU Cipta Kerja. ’’Kalau anarkis, ini bukan mahasiswa. Saya yakin mereka hanya penyusup,’’ ujarnya.

Para mahasiswa, lanjut dia, memiliki tanda pengenal dan ciri tersendiri. Yaitu, mengenakan jas almamater kampus. ’’Kalau yang tidak pakai jas, artinya bukan mahasiswa. Karena kita sudah sepakat,’’ ujarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X