Suku Marweri Yakin Batu-Batu Besar yang Dibawa Burung Pipit dari Papua Nugini ke Danau Sentani

- Kamis, 8 Oktober 2020 | 12:52 WIB
Situs melatik di Danau Sentani
Situs melatik di Danau Sentani

Susutnya air Danau Sentani menyebabkan banyak peninggalan zaman batu besar jadi bisa terlihat. Tapi, masyarakat sekitar meyakini, bukan airnya yang berkurang, melainkan batu-batu itulah yang ’’tumbuh”.

 

ROBERT MBOIK-ROBERTHUS YEWEN, Kab Jayapura, Jawa Pos

 

MATA pria itu menatap batu pipih yang tertancap ke dalam dasar danau. ’’Kami percaya dia tumbuh,” katanya. Telunjuknya kemudian ganti mengarah ke dalam air. Ada sejumlah batu kecil di sana. ’’Kami juga percaya dia bertambah,” katanya kepada Cenderawasih Pos Senin lalu (5/10).

Lukas Marweri, pria tersebut, salah seorang ahli waris batu-batu yang berada nun di tengah Danau Sentani itu. Persisnya di Kampung Kwadeware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, yang didiami suku Marweri.

Peninggalan zaman megalitikum itu belakangan ramai menjadi perbincangan setelah jelas terlihat seiring dengan menyusutnya permukaan Sentani. Danau terbesar di Papua itu berada di ketinggian 75 mdpl, terbentang antara Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura.

Sentani yang berarti ’’di sini kami tinggal dengan damai” itu diabadikan pula untuk nama bandara yang berada di Kabupaten Jayapura. Jika turun di bandara tersebut dan hendak menuju Kota Jayapura, ibu kota Papua, Anda akan menyisiri sebagian tepian danau seluas 9.360 hektare itu.

Selain ’’batu-batu yang tumbuh” tadi, tak jauh dari sana, masih di kampung yang sama, ada dua batu lonjong. Panjang keduanya masing-masing 1 dan 3 meter dengan diameter 40–50 cm.

Keduanya diberi nama Awake Deng Bere dan I Pa Bere yang berarti perahu dan dayung. ’’Dua buah bongkahan batu itu simbol perahu dan dayung yang digunakan leluhur kami untuk menyeberang danau,” kata Lukas.

Batu pipih setinggi sekitar 5 meter tadi juga diyakini sebagai seorang perempuan yang menjadi ibu keturunan suku Marweri. Sedangkan batu-batu kecil yang berserakan di dalam air dekat batu pipih tersebut adalah anak-anaknya.

Suku Marweri meyakini batu-batu itu dibawa dari wilayah Papua Nugini dengan cara diterbangkan burung pipit. Kemudian ditancapkan di Danau Sentani. Jadi, Lukas tak main-main saat bilang dia hendak meluruskan informasi yang menyebut batu-batu itu terlihat karena air danau susut. ’’Bukan air danaunya yang susut, melainkan mereka yang tumbuh,” katanya sekali lagi.

Peneliti Balai Arkeologi Papua Hari Suroto menyebutkan, ada berbagai bentuk bebatuan yang ditemukan di perairan Danau Sentani. Misalnya, batu menhir atau batu tegak yang berisi ukiran di Kampung Asei, Distrik Sentani Timur.

Selain itu, ada batu beranak di Kampung Kwadeware tadi. Serta, batu rezeki yang berada di Pulau Mantai yang masih masuk wilayah Kampung Kwadeware.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X