Dihantui Badai, Nelayan Diminta Tak ke Tengah Laut, Tangkapan Ikan Turun

- Kamis, 1 Oktober 2020 | 09:31 WIB
Musim badai membuat para nelayan memilih tidak melaut. Padahal jelang akhir bulan September biasanya laut mulai teduh. Tidak ada ombak besar. Akan tetapi, hujan yang turun beberapa waktu belakangan ini membuat angin kencang disertai ombak tinggi. Ombak mencapai 2-3 meter masih terjadi di tengah laut.
Musim badai membuat para nelayan memilih tidak melaut. Padahal jelang akhir bulan September biasanya laut mulai teduh. Tidak ada ombak besar. Akan tetapi, hujan yang turun beberapa waktu belakangan ini membuat angin kencang disertai ombak tinggi. Ombak mencapai 2-3 meter masih terjadi di tengah laut.

BALIKPAPAN-- Musim badai membuat para nelayan memilih tidak melaut. Padahal jelang akhir bulan September biasanya laut mulai teduh. Tidak ada ombak besar. Akan tetapi, hujan yang turun beberapa waktu belakangan ini membuat angin kencang disertai ombak tinggi. Ombak mencapai 2-3 meter masih terjadi di tengah laut.

Diutarakan Kepala TPI Klandasan Herry Saputro, musim selatan kerap terjadi pada bulan Juni hingga September. Bahkan tahun lalu, di bulan yang sama tidak ada masalah ombak. Angin pun tidak terlalu kencang, sehingga nelayan dan pemancing banyak yang ke laut.

"Kita tidak bisa memprediksi kapan ombak mulai membaik. Karena dari alam dan angin sangat memengaruhi. Padahal biasanya akhir September ombak tidak terlalu tinggi," ucapnya.

Melihat kondisi sekarang, para nelayan hanya berada di sekitar pantai, mereka enggan ke tengah laut karena risikonya sangat besar. Itu membuat tangkapan ikan juga menurun drastis. Selama badai, jumlah ikan yang dibawa ke darat/TPI Klandasan turun hingga 50 persen.

Banyak jenis ikan yang mulai kosong. Sedangkan harga ikan kurang lebih masih sama. Pendapatan yang kurang akhirnya membuat nelayan banyak yang memilih berutang ke penggawa. Biasanya mereka akan membayar ketika musim panen tiba. Musim panen bagi nelayan sendiri antara akhir tahun, serta bulan Januari hingga Maret.

Herry berharap, nelayan yang terpaksa melaut harus melengkapi dengan alat keselamatan. Selain itu dapat memerhatikan arus, pasang-surut air dan ombak. Jangan menantang alam.

"Ombak biasa muncul jelang petang, atau sore ke malam. Nelayan mulai sadar akan penggunaan jaket keselamatan/pelampung dan paham akan badai. Jadi lebih baik mencegah daripada mengambil risiko, meski tuntutan hidup nelayan juga kian berat," ujarnya. (lil/ms/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X