Sepenggal Cerita Seorang Numismatika, Tertarik sejak Kecil, Koleksi Uang Dalam Negeri hingga Negara Lain

- Selasa, 29 September 2020 | 13:21 WIB
Muflihuddin
Muflihuddin

Numismatika. Begitulah sebutan pengoleksi uang kuno atau yang sudah tidak digunakan sebagai alat transaksi. Sedari usia remaja, uang kuno memiliki daya tarik bagi Muflihuddin. Tak hanya uang kuno dalam negeri, bahkan uang kuno dari negara lain juga masuk album miliknya.

 

MULUT Muflihuddin tak henti-hentinya bercerita tentang kisahnya menjadi numismatika. Dengan antusias yang tinggi, pria kelahiran 21 Agustus 1971 itu memperlihatkan berbagai uang kuno koleksinya. Berbagai uang kuno tersusun rapi dalam album hitam miliknya.

"Saya menggelutinya lima tahun terakhir aja. Tapi kalau bicara suka ya sejak remaja masih SMA. Saat itu dikasih dan senang, meski akhirnya tahu itu palsu. Tapi saya masih simpan sebagai kenangan," kata Muflihuddin sambil memperlihatkan koleksi uang kuno miliknya.

Saking tertarikannya terhadap uang kuno, dia sempat mencari hingga ke tanah Jawa. Bukan hanya uang dalam negeri. Berbagai uang kuno negara asing juga dikoleksi Muflihuddin. Setidaknya lebih dari 10 negara. Beberapa negara bahkan sudah tidak ada lagi. Atau bisa dikatakan bangkrut. "Kalau bicara nominal, tentu sulit dapat yang besar. Ada saya poundsterling tapi nominal kecil. Malah saya banyak punya uang negara bangkrut seperti Yugoslavia," terangnya.

Koin dari zaman usmaniyah dan kerjaan yang pernah berdiri di Indonesia pun tak luput menjadi koleksi. Bukan hanya mengoleksi, sejarah di balik uang kuno miliknya juga dicari tahu.

"Lagi pula kan ada sejarahnya. Saya tahunya juga dari uang. Seperti Belarusia itu ada negaranya. Saya juga punya uang VOC," terangnya.

Tak hanya berada di dalam album. Koleksi uang kuno Muflihuddin sudah terpampang jelas di kaca kios miliknya di Jalan Angklung, Nomor 9, Kelurahan Dadi Mulya, Kecamatan Samarinda Ulu. Beberapa di antaranya dijual. Berbagai uang kuno dikumpulkan. Baik yang berupa logam, kertas, hingga berbahan polymer.

"Saya buka kios sejak 2018. Karena timbul takut juga mubazir. Kan sudah banyak juga yang sama, karena kalau beli itu terkadang yang jual langsung empat lembar, jadi saya pajang saja, eh ada juga yang mau," imbuh pria 49 tahun itu.

Bukan hanya kolektor yang datang ke kios miliknya. Warga yang hendak menikah juga bertandang ke kiosnya. Memilih uang kuno untuk dijadikan mahar.

"Bank Indonesia (BI) juga pernah ke sini untuk pameran. Ada juga kebanggaan karena dipamerkan," kenangnya. (*/dad/dra/k8/bersambung)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X