Belajar dari The Special One

- Selasa, 29 September 2020 | 10:53 WIB
Jose Mourinho
Jose Mourinho

LONDON– Mulut Jose Mourinho seperti tactician Liverpool FC Juergen Klopp. Dia juga ikut-ikutan menyinyiri Chelsea di era Frank Lampard yang dimanjakan dengan belanja gila-gilaan musim ini. ’’Kami semua bekerja keras, (belanja) hanya untuk menemukan keseimbangan yang bagus. Bukan pergi ke pasar dan menghabiskan banyak uang membeli pemain,’’ sindirnya, dilansir laman Evening Standard.

Karena Mou sebagai sosok yang sudah dua kali ditendang dari London Cobham, sebutan kamp latihan Chelsea, paham tekanan di belakang Lampard musim ini. Faktanya, di balik belanja besar-besaran Chelsea musim sebelumnya, capaian di Piala Liga selalu mentereng. Saat merogoh kocek GBP 234,45 (Rp 4,5 triliun) pada 2017 – 2018, Chelsea finis sebagai semifinalis.

Begitu pula ketika berbelanja GBP 187,92 juta (Rp 3,6 triliun) semusim berikutnya, klub berjuluk The Blues itu juga sukses tampil di final sebelum dikalahkan Manchester City dari adu penalti. Padahal, di level domestik Piala Liga statusnya paling rendah ketimbang Premier League dan Piala FA.

Lalu, bagaimana jika musim ini Lampard hanya mentok di Putaran Keempat Piala Liga? Itu yang harus Frankie, panggilan akrabnya, buktikan saat beradu taktik untuk keempat kalinya dengan Mourinho di Tottenham Hotspur Stadium, London, dini hari nanti WIB (siaran langsung Mola TV pukul 01.45 WIB).

Seperti diketahui, tekanan Lampard takkan sama seperti ketika mencatat rekor sempurna melawan sang mentor, dua musim terakhir. Entah semasa masih menahkodai Derby County atau setelah di Chelsea, Lampard selalu mengungguli Mou. Sebelum Mou ke Tottenham Hotspur, dua musim lalu Lampard juga mempermalukan Mou di Putaran Ketiga Piala Liga.

Ketika itu The Special One, julukan Mou, masih mengarsiteki Manchester United. Tetapi Lampard tak mau dianggap kali ini dia favorit di depan Mou. ’’Karena saya tahu skuad yang ada di klubnya (Mou) saat ini, mereka masih mempunyai skuad yang fantastis. Tim yang perkasa di depan siapapun lawannya,’’ sebut Lampard pada konferensi pers di London Cobham, tadi malam WIB.

Di antara rekrutan barunya, Ben Chilwell yang berpeluang mendapat kesempatan turun sebagai starter untuk kali pertama. Lampard menolak jika hasil tengah pekan ini disebut sebagai salah satu tolok ukur keberhasilannya. ’’Lagipula belum semua pemain kami bisa bermain. Tapi, saya tetap yakin dengan lebih bekerja keras kami bisa lebih baik,’’ sambung Lampard.

Mou, seperti dilansir Sportsmole, malah menyebut Piala Liga bukan level yang harus dia prioritaskan. Sekalipun itu menghadapi Lampard dan mantan klub asuhannya. Dia menganggap Piala Liga tak lebih penting dari playoff Liga Europa. The Lilywhites, julukan Spurs, menantang Maccabi Haifa, 2 Oktober atau dua hari setelah duel kontra Chelsea.

’’Saya ingin berjuang di Piala Liga, tapi saya pikir itu tidak bisa. Kamis nanti (Jumat dini hari WIB, 10 Oktober) memang laga tak memberi kami uang sebanyak di Liga Champions. Tapi, fase grup Liga Europa masih bisa memberi kami (uang) dalam jumlah tertentu. Bagi klub seperti kami, itu sangat penting,’’ beber Mou, kembali seperti menyindir uang belanja besar Chelsea.

Lucunya, tak hanya Lampard yang harus belajar dari pengalaman pelatih berkebangssan Portugal itu. Begitu pula pelatih United Ole Gunnar Solskjaer. Maunya Solskjaer ingin melempar psywar seperti yang sering dilakukan Mou. Akhir pekan nanti (4/10), United berjumpa Spurs di Old Trafford, Manchester dalam matchweek keempat Premier League.

’’Untungnya Jose (Mourinho) tidak di sini mengukur gawangnya karena mungkin ukuran gawangnya kekecilan,’’ seloroh Solskjaer setelah United mengalahkan Brighton & Hove Albion 3-2 setelah lima shots Brighton menghantam mistar dan tiang gawang. Ukuran gawang kekecilan itu adalah pernyataan Mou setelah Spurs mengalahkan klub Makedonia Utara, KF Shkendija di City Stadium of Tetovo, Skopje (24/9).

Mou pun membalasnya dengan telak. ’’Aku pikir Ole kemarin sangat senang dan terkejut dengan apa yang terjadi pada klubnya, sehingga dia becanda seperti itu. Tapi saya mengerti, bagi Ole dimensi tiang gawang tidaklah penting. Baginya yang penting dimensi kotak penalti,’’ balas Mou, kepada Sky Sports setelah laga melawan Newcastle United, Minggu malam WIB (27/9).

Di Premier League sejak 2019 – 2020, laga yang melibatkan United dapat menghasilkan 20 penalti, terbanyak dibandingkan klub mana pun. Rinciannya, 15 penalti untuk United, dan 5 penalti lainnya untuk lawan klub berjuluk The Red Devils tersebut. Lantas, mau belajar apa lagi dari Mou? (ren)

 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nur Anisa Hasrat Berikan yang Terbaik

Senin, 22 April 2024 | 13:45 WIB

Layar Kaltim Pantang Terlena

Senin, 22 April 2024 | 12:45 WIB

Menang di Shanghai, Ini Kata Max Verstappen

Senin, 22 April 2024 | 10:10 WIB

Tinjau Langsung Perkembangan Atlet

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

Serasa Membalap di Atas Es

Sabtu, 20 April 2024 | 14:35 WIB

“Bukan Saya yang Indisipliner”

Jumat, 19 April 2024 | 16:00 WIB

KBL Kembali Digulirkan Akhir Pekan Ini

Jumat, 19 April 2024 | 15:00 WIB

Ingin Gelar Kejuaraan Paralayang Dunia di Kotabaru

Jumat, 19 April 2024 | 14:30 WIB

Karate Fokus Mengasah Psikis

Selasa, 16 April 2024 | 11:30 WIB

Duka Olahraga Kaltim, Polo Berpulang

Selasa, 16 April 2024 | 10:50 WIB
X