Tren Positif CPO Sampai Akhir Tahun

- Selasa, 29 September 2020 | 10:43 WIB
Industri kelapa sawit menunjukkan tren perbaikan setelah sempat tertekan akibat pandemi Covid-19. Momentum ini diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Industri kelapa sawit menunjukkan tren perbaikan setelah sempat tertekan akibat pandemi Covid-19. Momentum ini diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Industri kelapa sawit menunjukkan tren perbaikan setelah sempat tertekan akibat pandemi Covid-19. Momentum ini diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun untuk mendukung pemulihan ekonomi.

 

SAMARINDA – Kinerja ekspor crude palm oil (CPO) pada Juli lalu berhasil meningkat sebesar 15 persen atau naik sebesar USD 244 juta menjadi USD 1,86 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan nilai ekspor dipengaruhi oleh kenaikan harga CPO dunia dari rata-rata USD 602 pada Juni menjadi sekitar USD 659 pada Juli.

Meski mengalami kenaikan, secara tahunan pada periode Januari-Juli 2020 kinerja ekspor mengalami penurunan. Di Indonesia total ekspor produk minyak sawit Januari-Juli 2020 mencapai 18,63 juta ton atau 1,19 juta ton lebih rendah dari periode yang sama pada tahun lalu (yoy).

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammadsjah Djafar mengatakan, sejauh ini seluruh operasional industri kelapa sawit di Kaltim masih berjalan normal. Strategi perusahaan untuk menjaga aset tenaga kerja pun telah diimplementasikan dengan baik.

“Pertumbuhan itu dikarenakan masih terjaganya permintaan CPO di beberapa negara mitra usaha utama di tengah pandemi Covid-19. Sebelumnya hanya terjadi penundaan sementara,” katanya, Senin (28/9).

Djafar menjelaskan, industri CPO relatif tidak memberikan dampak signifikan terhadap kinerja produksi maupun ekspor. Seluruh kinerja masih baik, tidak ada pabrik yang meliburkan pekerja. “Kami bersyukur di tengah pandemi industri kelapa sawit masih bisa beroperasi normal dan pekerjaan masih berjalan seperti biasa,” ungkapnya.

Pihaknya pun optimistis kenaikan ekspor terus terjadi hingga akhir tahun. Sebab, penurunan hanya terjadi saat penundaan ekspor seiring berbagai negara yang melakukan lockdown. Namun saat ini, ekspor akan terus meningkat diimbangi dengan perbaikan harga.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono mengatakan nilai ekspor Juli menyumbang 13,6 persen terhadap nilai ekspor nasional yang sebesar USD 13,3 miliar. Dari sisi volume, ekspor sawit pada Juli tercatat naik 13 persen, yakni dari 2,76 juta ton menjadi 3,13 juta ton. Peningkatan volume sawit dipengaruhi kenaikan ekspor produk olahan CPO dan laurik.

Ekspor produk olahan CPO naik 21,8 persen atau sebanyak 352 ribu ton dari 1,6 juta ton menjadi 1,97 juta ton. Sedangkan, laurik (PKO dan olahan PKO) naik 32 ribu ton. Sementara itu, volume ekspor oleokimia turun tipis 1.000 ton dari bulan sebelumnya, sedangkan ekspor biodiesel dan CPO masing-masing turun sekitar 50 persen atau sebanyak 3.000 ton dan negatif 2,8 persen atau sekitar 19 ribu ton.

Mukti merinci ekspor ke Tiongkok dan Timur Tengah menjadi kontributor utama kenaikan ekspor pada Juli di mana ekspor ke Tiongkok naik sebanyak 188 ribu ton atau 43 persen menjadi 629.000 ton. Sedangkan ke Timur Tengah naik 107.000 ton atau sebanyak 65 persen menjadi 273 ribu ton. Penurunan ekspor terjadi untuk negara tujuan India sebesar 31 ribu ton atau 5 persen dan ke Afrika turun 41 ribu ton atau 15 persen.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal minus pada tahun ini. Proyeksi ini sejalan dengan kondisi dinamika global, di mana belasan negara sudah masuk resesi ekonomi. "Kami memperkirakan pertumbuhan full-year ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada pada kisaran minus 1 persen hingga minus 2 persen," ujarnya.

Dia memaparkan secara sektoral, sektor jasa seperti perdagangan, transportasi, hotel, restoran dan jasa perusahaan akan mengalami pemulihan relatif lambat dari proyeksi awal karena peningkatan kasus positif Covid-19. Tak hanya jasa, industri pengolahan akan mengikuti pola umum peningkatan ekonomi nasional. Pasalnya, industri ini bergantung pada perbaikan daya beli dan confidence masyarakat.

Namun, Andry melihat sektor komoditas kelapa sawit dinilai bisa menjadi katalis positif yang mendorong perekonomian Indonesia ke depan terutama di sentra-sentra perkebunan di Sumatra dan Kalimantan. "Harga minyak kelapa sawit sampai akhir tahun kami perkirakan masih akan bertahan di tingkat harga USD 700 per ton (FOB Malaysia)," ujarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X