Tak Terima Putusan Kasus Breonna Taylor, Massa Tak Terkendali di Louisville

- Minggu, 27 September 2020 | 10:01 WIB
Demo di Louisville, Kentucky.
Demo di Louisville, Kentucky.

LOUISVILLE – Breonna Taylor ditembak mati pada Jumat dini hari (13/3). Perempuan 26 tahun itu tidak bersalah dan tidak diberi kesempatan bertanya ketika timah panas menembus tubuhnya. Sayangnya, tidak ada satu pun pelaku yang dijerat dengan pasal pembunuhan. Sebab, mereka adalah petugas kepolisian.

Fakta tersebut membuat penduduk Louisville, Kentucky, AS, berang. Di kota itulah, tindakan keji tersebut terjadi. Ribuan orang turun ke jalan sejak Rabu malam (23/9) setelah keluarnya putusan juri utama peradilan. Massa marah karena hanya satu di antara tiga polisi yang mendatangi rumah Taylor yang diadili. 

Tiga anggota Departemen Kepolisian Metro Louisville yang bertanggung jawab atas kematian Taylor adalah Brett Hankison, Jonathan Mattingly, dan Myles Cosgrove. Hanya Hankinson yang dijatuhi tiga dakwaan karena tindakan yang membahayakan tetangga Taylor akibat tembakannya. 

’’Kami yakin kasus ini ditutupi agar tak terus berlanjut. Mereka sengaja melakukannya seakan nyawa Breonna Taylor tak berharga,’’ tegas Benjamin Crump, pengacara keluarga Taylor, seperti dikutip Agence France-Presse. 

Massa meyakini bahwa keadilan tidak ditegakkan dan polisi bertindak sewenang-wenang hanya karena Taylor berkulit hitam. Seluruh polisi yang terlibat dalam aksi penembakan itu berkulit putih. Aksi turun ke jalan juga terjadi di berbagai kota lainnya di penjuru AS. Gerakan Black Lives Matter (BLM) juga kembali menggema.

 Dua polisi sempat tertembak dalam bentrokan Rabu lalu. Sebanyak 127 demonstran ditahan. Tidak ingin bentrokan kembali terulang, Wali Kota Louisville Greg Fisher memberlakukan jam malam hingga akhir pekan nanti. Kebijakan itu berlaku pada pukul 21.00–06.30. ’’Kekerasan hanya akan menjadi sumber rasa sakit, bukan obatnya. Kekerasan dan perusakan juga bukanlah jawaban,’’ tuturnya seperti dikutip CNN.

 

Pada Kamis (24/9), setidaknya 24 orang ditahan di Louisville. Di antaranya, legislator Demokrat Attica Scott dan aktivis kulit hitam Shameka Parrish-Wright. Rata-rata yang turun ke jalan adalah warga Afrika-Amerika karena merasa kehidupan mereka terancam dengan perlakuan rasisme dan banyaknya penembakan terhadap warga kulit hitam. 

’’Saya kadang melewati pintu depan rumah saya dan berpikir bahwa polisi bisa datang dan menembak saya seperti yang terjadi pada Breonna Taylor,’’ terang Grace Pennix, salah seorang demonstran.

Dua kandidat Presiden AS Donald Trump dan Joe Biden memberikan reaksi berbeda. Trump kembali menyatakan rasa belasungkawanya kepada keluarga Taylor sekaligus kesedihannya atas dua polisi yang tertembak saat mengawal aksi massa. 

Sementara itu, Biden menegaskan bahwa keadilan memang harus ditegakkan dan massa boleh menyuarakan pendapat. Meski begitu, dia mendesak agar tidak terjadi kekerasan. Capres Demokrat itu menuturkan bahwa reformasi departemen kepolisian tetap diperlukan. (sha/c14/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X