GeNose, Deteksi Covid-19 Dalam Waktu Tiga Menit, Masuk Uji Klinis Tahap II

- Jumat, 25 September 2020 | 13:35 WIB
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)

JAKARTA– Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan inovasi baru untuk deteksi Covid-19. Alat yang diberi nama GeNose ini diklaim mampu deteksi Covid-19 dalam waktu singkat. Menariknya, deteksi cukup dilakukan melalui hembusan nafas.

Anggota peneliti GeNose, dr Dian Kesumapramudya Nurputra menuturkan, saat ini, alat deteksi Covid-19 memang sudah tersedia dalam bentuk rapid test maupun swab PCR. Sayangnya, keduanya memiliki masalah yang sama soal timing. Di mana, rapid test hanya bisa mendeteksi infeksi 5-7 hari sebelumnya. Kemudian, PCR butuh waktu berjam-jam hingga berhari-hari untuk mengetahui hasil swab. Di jedah waktu tersebut, tak bisa menjamin orang bakal diam di rumah untuk isolasi.

Padahal, lanjut dia, kuncinya saat ini ialah fast tracing, fast tracking, face isolation, dan treatment,” ujarnya dalam acara serah terima GeNose pada Menteri Riset dan Teknologi (menristek) Bambang Brodjonegoro di Jakarta, (24/9).

Atas kebutuhan tersebut, ia bersama tim dari UGM yang diketuai oleh Kuwat Triyana melakukan penelitian mengenai alat deteksi yang bisa lebih cepat dan akurat.

Dia menjelaskan, cara kerja alat ini sederhana. Cukup menggunakan hembusan nafas dari orang yang diperiksa. Hasil keluar dalam waktu tiga menit. ”Dulunya 10 menit, alhamdulillah sekarang 3 menit,” katanya.

Dian memaparkan, pembuatan alat ini sudah disesuaikan dengan prosedur baku kesehatan. Kemudian, kaedah etika juga telah dipenuhi. Karenanya, uji klinis tahap I sudah digelar di Rs Bhayangkara Jogjakarta dan Rs Bambanglipuro, Bantul. Dari 615 sample napas dari 83 pasien positif dan 40 negatif. Padahal, pasien positif diketahui asimtomatik atau tak bergejala. ”Artinya, alat ini bisa membedakan asimtomatik,” ungkap dokter spesialis anak tersebut.

Dian menyebut akurasi GeNose di atas 90 persen. Hal ini terlihat dari hasil analisa profiling dengan metode sederhana Multi Layer Perceptron (MLP) dan Support Vector Machine (SVM) menunjukkan bahwa akurasi GeNose bisa lebih dari 97 persen. ”Di sini hasil profiling yang paling stabil dengan menggunakan Deep Neural Networks dengan akurasinya 96 persen,” paparnya.

Kendati begitu, GeNose perlu dilakukan uji klinis tahap II untuk mengetahui validasi lebih lanjut. Rencananya, dalam uji klinis ini akan melibatkan 9 rumah sakit. Diantaranya, Rs Sardjito, Rs Bhayangkara Polda Jogjakarta dan lainnya. Ditargetkan, ada 2 ribu orang yang dites menggunakan alat ini.

”Nanti tes akan dilakukan blind sebanyak tiga kali. Di mana pihak yang melakukan tes tidak mengetahui yang pasien positif atau tidak,” katanya. Jika ini dilakukan secara massif, diyakini dalam dua minggu uji klinis selesai.  Sehingga bisa masuk ke tahap selanjutnya dan diproduksi masal pada Desember 2020.

Ketua Tim Peneliti GeNose Kuwat menambahkan, dalam penelitian ini pihaknya menggandeng da membangun jejaring dengan lima perusahaan. Di mana, masing-masing memiliki tugas masing-masing. Seperti, membuat mesin.

Menurutnya, hal ini yang cukup sulit dilakukan dan membutuhkan waktu. Kendati begitu, perusahaan tersebut berkomitmen bisa menghasilkan 50 ribu alat per bulan. ”Ini yang susah. Kalau sinkron dengan Artificial Intelligence (AI) itu lebih mudah,” papar doktor bidang organic electronic itu.

Kuwat menjelaskan, sebetulnya, ketika virus menginfeksi bagian tubuh manusia maka ada senyawa spesifik yang terdeteksi. Yang kemudian ketika bernafas, ada pola khas yang tercipta. Pola tersebut yang kemudian dianalisis dengan AI yang telah dibuat. ”Jadi pola nafas dari yang sehat dan sakit diajarkan ke mesin, mesin mengingat,” jelasnya. Sehingga, ketika ada nafas yang ditampung kemudian disambung ke hepa filter maka mesin akan menganalisis.

Atas inovasi ini, Menristek/Kepala BRIN Bambang mengaku akan mendukung penuh. Baik dari sisi pendanaan hingga kebutuhan sample. Pihaknya akan membuka booth di kementerian untuk kemudian orang bisa melakukan tes ini sekaligus swab. Swab kemudian analisis di lab BPPT.

” Cara deteksi hembusan nafas sangat tepat karena Covid-19 ini menyerang saluran nafas. Kemudian penggunaan AI juga sangat baik ya,” paparnya. Menurutnya, dalam masa pandemic ini banyak tempat umum yang wajib memiliki alat skrining. Sayangnya, saat ini baru sebatas alat pengecek temperatur suhu. ”Ini sangat tidak cukup meski berguna skrining awal,” tegasnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X