Istri-Istri yang Berusaha Menapaktilasi Jejak Suami

- Jumat, 25 September 2020 | 13:31 WIB
Ketiga paslon Pilbup Sleman.
Ketiga paslon Pilbup Sleman.

Suaminya masih menjabat, tapi kata Ipuk Fiestiandani, bukan faktor keluarga yang mendorong dirinya maju dalam pilkada Banyuwangi. Di Sleman, Kustini Sri Purnomo, istri bupati petahana, lebih memilih media sosial dalam berkampanye.

 

SIGIT H., Banyuwangi-SEVTIA E.N., Sleman, Jawa Pos

 

SANG suami, Abdullah Azwar Anas, memimpin Banyuwangi dua periode. Tapi, bukan faktor keluarga itu yang disebut Ipuk Fiestiandani sebagai pendorong dirinya maju dalam pemilihan bupati di kabupaten paling timur di Jawa tersebut.

’’Saya maju didasari dorongan masyarakat dan kepercayaan yang diberikan partai politik,” katanya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi seusai mengikuti pengundian nomor urut pasangan calon (paslon) yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Banyuwangi kemarin (24/9).

Ipuk yang kemarin mendapat nomor urut 2 itu tak sendirian di jalurnya: istri yang berusaha menapaktilasi jejak suami. Di Sleman, Kustini Sri Purnomo, yang berpasangan dengan Danang Maharsa, juga demikian. Salah satu rivalnya adalah Sri Muslimatun yang berduet dengan Amin Purnama. Sri Muslimatun adalah wakil bupati petahana alias wakil suami Kustini, Sri Prunomo.

Ipuk mengatakan, pihak keluarga, termasuk sang suami, tidak mendorong dirinya untuk maju sebagai cabup. ’’Butuh waktu yang panjang untuk memikirkan itu. Kalau seandainya dari awal ingin mencalonkan diri, pasti persiapan saya lebih matang. Saya bisa menggunakan kegiatan-kegiatan saya untuk berkampanye,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Ipuk, pihaknya tidak memasang baliho atau media promosi lain sampai Juli lalu. ’’Dalam perkembangannya, memang dukungan warga semakin besar yang meminta saya untuk maju. Banyak yang berharap kemajuan serta berbagai perubahan ke arah yang lebih baik di Banyuwangi ini bisa diteruskan,” katanya.

Partai politik pertama yang mencalonkannya adalah Partai Nasdem. Surat rekomendasi itu diberikan langsung kepada Ipuk pada 22 Maret lalu. ’’Saat itu saya mulai berpikir apakah saya bisa maju atau tidak,” tuturnya.

Hanya, imbuh Ipuk, Bupati Anas pernah menyampaikan kepada dirinya, jika ingin berbuat baik yang lebih besar, salah satu caranya menjadi pemimpin. Namun, kala itu Anas juga menyampaikan bahwa menjadi pemimpin tidak mudah, harus siap di-bully, difitnah, dan sebagainya.

’’Semua keputusan diserahkan kepada saya,” beber cabup yang berpasangan dengan calon wakil bupati (cawabup) Sugirah tersebut.

Duet Ipuk-Sugirah akan berhadapan dengan Yusuf Widyatmoko-Muhammad Riza Aziziy. Mereka akan memperebutkan suara sekitar 1,3 juta pemilih.

Mengenai tudingan politik dinasti atau nepotisme, Ipuk menyebut itu sebagai risiko politik. Menurut dia, dinasti berlaku pada sistem kerajaan. Jabatan raja, misalnya, bisa diturunkan atau diserahkan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X