Pertanian, Pariwisata dan BUMDes Tumbuh Bersamaan

- Jumat, 25 September 2020 | 12:50 WIB

Kawasan eks konsesi tambang kerap disandingkan dengan istilah kerusakan lingkungan. Nyatanya, jika dikelola dengan serius dan terpadu, lahan eks tambang justru bisa memiliki nilai ekonomis.

 

MUHAMMAD RIFKI/KP

DENGAN sentuhan kreativitas dan sinergisitas antara pemerintah dan swasta, lahan bekas tambang bisa menjadi produktif di tengah masyarakat. Bahkan tanaman padi bisa tumbuh subur di areal eks tambang batu bara yang sebelumnya tandus.

Seperti di lahan seluas 50 hektare yang rencananya dikembangkan menjadi kawasan hijau dengan nama Tabuan Agro Techno Park. Lokasinya di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara. Lahan ini sukses disulap menjadi kawasan pertanian terpadu. Dari 50 hektare itu, 2,5 hektare sudah ditanami padi sawah berbagai varietas mulai 10 Juni lalu dan sudah dilakukan panen perdana pada Rabu (23/9).

Panen perdana itu dihadiri Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kukar Alfian Noor, Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) Kukar Ince Raden, Camat Loa Janan Muhaji, Kepala Desa Batuah Abdul Rasyid. Areal lahan ini masuk dalam konsesi PT Multi Sarana Avindo (MSA), dikembangkan PT Anugerah Bara Kaltim (ABK) menggandeng mitra kerja PT Pamapersada Nusantara, PT RPP Contractors Indonesia (RCI) serta PT Nusa Perdana Indah (NPI).

Uniknya, metode penanaman benih padi di samping cara biasa, juga menerapkan metode tabela atau tanam benih langsung menggunakan alat khusus yang dibuat langsung oleh petani. “Metode ini bisa memangkas waktu pengerjaan, bahkan untuk 1 hektare sawah bisa dikerjakan hanya dua orang dan selesai dalam satu hari,” ungkap Edy Rusman, pendamping penyuluh pertanian setempat.

Sebelumnya oleh pihak perusahaan telah melakukan uji sampel tanah maupun air di Universitas Mulawarman, memastikan untuk penanaman benih yang paling sesuai. Tahapan ini menyesuaikan dengan hasil koordinasi instansi terkait di lingkungan pemerintah.

“Ini masih tahap awal, terus kita lakukan pengembangan varietas yang paling sesuai, termasuk perhitungan usaha taninya,” ucap GM ABK Eko Sutjipto didampingi Manager HRGA, CSR & Eks, REL ABK Agung Hasanudin kepada Kaltim Post.

Selain itu, di lokasi tersebut juga dijadikan kawasan konservasi alam seluas 1,8 hektare beserta sejumlah tanaman endemik khas Borneo. Bisa dipastikan, ekosistem sudah kembali terbangun, apalagi disusul akan direalisasikan perkebunan, peternakan dan perikanan. “Perusahaan memfasilitasi, ke depan semua akan dikelola oleh masyarakat, khususnya di sekitar tambang. Sesuai dengan dokumen Amdal PT MSA dan sejalan dengan program TJSP kita,” lanjut Eko.

Kehadiran pemerintah, serta dewan riset jadi indikasi keseriusan proyek tersebut. Bukan mustahil Tabuan Agro Techno Park menjadi acuan pariwisata yang menjanjikan. Alfian Noor mengatakan aktivitas pertambangan tidak selalu tentang hal negatif, asalkan perusahaan harus bersinergi meninggalkan hal positif ditengah masyarakat.

“Harapan kita ini akan menjadi referensi pasca tambang bagi perusahaan yang ada di Kukar, ini akan terus kita dorong termasuk agrowisatanya,” ungkap Alfian.

Sementara itu, Ketua DRD Kukar Ince Raden menilai jika lahan 50 hektare tersebut bisa terpetakan dengan baik, harapannya bisa dikelola oleh BUMDes. Sehingga turut berperan memberi pemasukan desa. “Apalagi di sektor perkebunan akan kembali dikembangkan tanaman lada yang memang menjadi ciri khas Batuah dan menjadi komoditas kita. Saya pikir ini bisa meningkatkan semangat petani kita,” terangnya. (*/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB
X