Dr dr Andani Eka Putra MSc mendirikan laboratorium awalnya, antara lain, untuk membantu pengembangan produk-produk komersial yang bisa digunakan masyarakat. Bekerja 22 jam sehari yang dibagi ke dalam tiga sif.
FAJRIL MUBARAK-ADETIO PURTAMA, Padang, Jawa Pos
MOBIL-MOBIL puskesmas memenuhi tempat parkir laboratorium. Para petugas medis pun dengan antre mengantarkan sampel swab di konter penerimaan.
Per Mei, dari ratusan laboratorium aktif pemeriksaan Covid-19 di tanah air, Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat (Sumbar), memang menduduki urutan kedua dalam hal paling banyak melakukan pemeriksaan sampel. Hanya kalah oleh Labkesda DKI Jakarta.
’’Labkesda DKI Jakarta per hari ini memeriksa 1.700-an sampel, sedangkan kami baru mencapai 1.570 sampel yang diperiksa per hari,’’ kata Dr dr Andani Eka Putra MSc, kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi FK Unand, kepada Padang Ekspres.
Didirikan pada 2014, laboratorium tersebut awalnya adalah laboratorium pribadi Andani. Hampir semua barang dan peralatan laboratorium miliknya.
’’Sebagian saya beli sendiri. Sebagian pengadaan hasil kerja sama dengan perusahaan untuk sebuah pengembangan produk,’’ ungkap lulusan Magister Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, pada 2009 itu.
Dia terobsesi bagaimana suatu saat bisa memberikan pelayanan terhadap diagnostik penyakit infeksi. Sekaligus pengembangan produk-produk komersial yang bisa digunakan masyarakat. ’’Itu cara pikir kami waktu itu,’’ katanya.
Dari dana sisa riset, Andani melengkapi sendiri fasilitas laboratorium tersebut. Mulai menambahkan dua mesin polymerase chain reaction (PCR), elisa reader, winston blood, hingga sekat inkubator.
’’Fokus kami pada waktu itu mengembangkan diagnostik molekuler, diagnostik bioteknologi rekombinan protein. Kemudian mengembangkan antibodi poliklonal,’’ ujarnya.
Dalam prosesnya, dia berhasil mengembangkan diagnostik untuk rotavirus, diagnostik human papillomavirus, dan banyak bergerak di bidang produk-produk komersial berbasis human microbiota replacement therapy. ’’Pada akhir 2019, laboratorium mendapatkan bantuan dari universitas untuk membangun fasilitas laboratorium di tempat sekarang dan selesai pada Desember,’’ paparnya.
Kemudian, virus korona baru menyerang, membuat semuanya panik. Dia sempat berpikir bagaimana bisa berpartisipasi dalam mengembangkan diagnostik Covid-19. ’’Diagnostik Covid-19 ini merupakan virus RNA dan kami biasa bekerja untuk itu. Seperti influenza. Tidak ada banyak masalah. Intinya, kami biasa bekerja untuk itu,’’ katanya.