Pancaroba, Waspada Cuaca Ekstrem

- Rabu, 23 September 2020 | 13:11 WIB
Banjir yang terjadi sejak Senin sore di Sukabumi.
Banjir yang terjadi sejak Senin sore di Sukabumi.

SUKABUMI – Betapa dahsyatnya banjir bandang yang menyapu Sukabumi, Jawa Barat, bisa terlihat dari apa yang dialami Jeje Juned. Pria 58 itu tengah berada di dalam pabrik roti tempatnya bekerja saat air bah menerjang dari Sungai Cibuntu.

Seperti dilansir Radar Sukabumi, pabrik itu hanyut, membawa serta Jeje. Jasad pria asal Kampung Cijolong, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, itu baru ditemukan kemarin (22/9) bersama satu korban jiwa lainnya, Hasyim, 70. Warga Kampung Aspol, Kelurahan Cicurug, Sukabumi, itu terseret saat hendak mengambil pasir di kali.

Banjir yang terjadi sejak Senin sore (21/9) dan belum surut hingga kemarin itu melanda 12 desa di tiga kecamatan di Sukabumi: Cicurug, Cidahu, dan Parungkuda. Sebanyak 300 rumah rusak atau terdampak.

Dan, tiga orang kehilangan nyawa. Di luar Jeje dan Hasyim, Anang alias Ajo, 25, warga Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, belum ditemukan jasadnya.

’’Kami meminta desa dan camat untuk selalu mengimbau warga saat membangun rumah yang berada di area sempadan sungai. Bila perlu, jangan diizinkan,” kata Bupati Sukabumi Marwan Hamami.

Beberapa bencana hidrometeorologi melanda wilayah tanah air dalam waktu sepekan terakhir. Baik di Kalimantan, Sumatera, juga di beberapa kawasan di Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Hujan yang terjadi pada Senin malam (21/9) di sekitar wilayah Bogor dan DKI Jakarta, misalnya, mengakibatkan 49 wilayah RT di DKI Jakarta terendam setidaknya sejak Senin malam pukul 18.30. Atau beberapa saat setelah pengumuman bahwa tinggi muka air (TMA) di Bendung Katulampa, Bogor, melebihi 200 sentimeter dan dinyatakan dalam posisi siaga I.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan, hujan lebat tersebut dipicu kondisi atmosfer yang labil dan diperkuat dengan adanya fenomena gelombang Rossby ekuatorial serta adanya daerah pertemuan angin (konvergensi). ”Kombinasi dari ketiga fenomena atmosfer ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar Jawa Barat,” kata Guswanto kemarin.

Berdasar prediksi BMKG, sebagian besar wilayah Indonesia baru akan memasuki periode awal musim hujan mulai akhir Oktober sampai November 2020. Sementara periode September–Oktober ini dikategorikan periode peralihan musim (pancaroba) dari kemarau ke hujan. ”Dalam periode ini, kondisi hujan tidak merata dapat terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat,” jelas Guswanto.

Pada masa peralihan musim ini, cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat, yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, bahkan fenomena hujan es, dapat terjadi.

Dari awal Januari 2020 hingga pertengahan September 2020, data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, 2.069 bencana telah terjadi dengan korban meninggal mencapai 283 jiwa. Bencana didominasi fenomena hidrometeorologi berupa banjir 773 kejadian, puting beliung 547 kejadian, dan tanah longsor 378 kejadian. Sedangkan fenomena hidrometeorologi lainnya, yaitu kebakaran hutan dan lahan, berjumlah 303 kejadian dan kekeringan 22 kejadian. (hnd/tau/c17/ttg)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

THR-Gaji Ke-13 Cair Penuh, Sesuai Skema Kenaikan

Minggu, 17 Maret 2024 | 07:45 WIB

Ini Dia Desa Terindah nan Memesona di Jawa Tengah

Sabtu, 16 Maret 2024 | 10:25 WIB

Cuaca Ekstrem Diprakirakan hingga Mudik Lebaran

Jumat, 15 Maret 2024 | 10:54 WIB
X