JAKARTA – Pasar minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) global memang belum sepenuhnya pulih. Namun, kinerja CPO Indonesia mulai Juli lalu tercatat positif. Nilai CPO dan turunannya pada Juli 2020 meningkat sebesar 15 persen dari bulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono menjelaskan bahwa nilai ekspor Juli menyumbangkan 13,6 persen dari total nilai ekspor nasional. Sementara itu, kenaikan nilai ekspor dipengaruhi kenaikan harga CPO dunia.
”Kenaikan nilai ekspor didukung kenaikan harga CPO dari rata-rata USD 602 cif Rotterdam pada Juni menjadi sekitar USD 659 pada Juli,” ujarnya kemarin (21/9).
Dari segi volume, ekspor CPO dan turunannya juga naik 13 persen dari 2,76 juta ton menjadi 3,13 juta ton pada Juli. Sebab, ekspor produk olahan CPO meningkat. Ekspor produk olahan CPO mengalami kenaikan sebesar 352.000 ton (21,8 persen) dari 1,6 juta ton menjadi 1,97 juta ton; sedangkan laurik (PKO dan olahan PKO) naik 32.000 ton.
Sementara itu, oleokimia relatif tetap dengan penurunan 1.000 ton dari bulan sebelumnya. Ekspor biodiesel dan CPO turun masing-masing sekitar 3.000 ton (-50 persen) dan 19.000 ton (-2,8 persen).
Mukti menambahkan, ekspor ke Tiongkok dan Timur Tengah menjadi kontributor utama kenaikan ekspor Juli lalu. Masing-masing naik sekitar 188.000 ton atau 43 persen dan kira-kira 107.000 ton atau 65 persen. Sementara itu, ekspor ke India turun 31 ribu ton (5 persen) dan ke Afrika turun 41 ribu ton (15 persen).
Bicara soal pasar domestik, jika dibandingkan dengan Juni, konsumsinya naik 97 ribu ton menjadi 1.428 ribu ton pada Juli. Kenaikan terbesar pada konsumsi biodiesel sebesar 87 ribu ton menjadi 638 ribu ton. Konsumsi oleokimia juga naik 6 ribu ton menjadi 148 ribu ton dan untuk produk pangan naik 4 ribu ton menjadi 642 ribu ton. (agf/c12/hep)
