PROKAL.CO,
Jiwa wartawan melekat dalam diri Sarwono. Sejak mahasiswa sudah menjadi ketua Majalah Fitra, hingga akhirnya masuk ke Harian Kaltim Post. Hampir setahun mendalami pekerjaan tersebut, akhirnya berpindah karir menjadi trainer lembaga manajemen terapan Trustco, hingga akhirnya terjun ke dunia politik.
Pilihan tersebut tak salah, selama tiga periode mendapat kepercayaan dari rakyat menjadi anggota DPRD Samarinda, bahkan sempat menjadi wakil ketua DPRD. Keluh kesah warga sudah akrab di telinga pria lulusan Fakultas Pertanian Uniersitas Mulawarman. Bahkan kini maju menjadi bakal calon wawali Samarinda dari jalur independen bersama Zairin Zain, dari sisi pengalaman Sarwono punya jam terbang tak diragukan lagi. Berikut ini wawancara Kaltim Post Uways Alqadrie dengan Sarwono tentang berbagai persoalan di Samarinda.
Kaltim Post: Tiga periode menjadi anggota DPRD Samarinda, keluhan apa yang paling sering terdengar?
Sarwono: Saya menjadi anggota dewan periode 2004-2019. Alhamdulillah rakyat mempercayakan suaranya kepada saya. Banyak yang saya dengar dan perjuangkan selama 15 tahun tersebut. Namun, persoalan banjir, jalan rusak, masalah pendidikan status guru honorer, intensif guru, serta sistem penerimaan siswa saya lihat jadi masalah krusial. Kesehatan pelayanan kesehatan masyarakat, Juga masalah pengelolaan parkir, penataan pasar.
Kaltim Post: Dari program Samarinda bangkit, ada alokasi pembangunan untuk kelurahan berbasis RT sebesar Rp 500 miliar. Bagaimana program tersebut dijalankan?
Sarwono: Kita lakukan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2018 Pasal 130 Ayat 7, kota yang tidak memiliki desa dianggarkan minimal 5 persen dari APBD setelah dikurangi DAK. Dalam perhitungan kami angka 5 persen tersebut bisa mencapai Rp 500 miliar bahkan lebih.