Cara Mengajak Masyarakat Peduli Lingkungan, Setor Sekantong Sampah Dapat Segelas Kopi

- Senin, 21 September 2020 | 09:36 WIB
PATUT DICONTOH: Kedai di Jalan HM Ardans, Sempaja Utara, ini menerima sekantong sampah untuk ditukar dengan segelas kopi. RAMA SIHOTANG/KP
PATUT DICONTOH: Kedai di Jalan HM Ardans, Sempaja Utara, ini menerima sekantong sampah untuk ditukar dengan segelas kopi. RAMA SIHOTANG/KP

Segelas kopi hitam menjadi senjata Saharudin untuk menyadarkan masyarakat akan kebersihan. Di Kedai Kopi Mitra 3 R miliknya, kopi bisa dibayar dengan sekantong sampah.

 

BUKAN untuk memetik keuntungan, melainkan untuk menyadarkan masyarakat tentang kebersihan lingkungan. Itulah maksud Saharudin mendirikan kedai di Jalan HM Ardans, Kelurahan Sempaja Selatan, Samarinda Utara.

Setiap ada warga yang datang membawa sekantong sampah, akan digantinya dengan segelas kopi. “Kalau dihitung yah nggak ada untungnya, harga kopi saja sudah Rp 4 ribu, kalau sekantong itu juga kan nggak sampai 1 kg. Yang penting nggak buang sembarangan,” kata Saharudin saat ditemui di kedai kopinya.

Kepedulian Saharudin terhadap lingkungan bukan baru saja berjalan. Sejak kecil, dia memang sadar akan kebersihan lingkungan. Dia tergugah untuk langsung terjun menangani permasalahan sampah setelah melihat sungai yang dipenuhi sampah plastik, tak jauh dari rumahnya di bilangan Jalan Bayur, RT 18, Kelurahan Sempaja Utara, Samarinda Utara.

“Sejak 2017, saya ambil sampah di sungai dan di pinggir jalan, baru saya buang ke TPS (tempat pembuangan sampah). Dari situ juga mulai aktif ikut kebersihan di kecamatan,” kenangnya. Ingin mencoba mencari skema lainnya agar masyarakat juga sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan, Saharudin membuka kedai kopi. Sejak sembilan bulan dibukanya kedai Kopi Mitra 3 R, berbagai kalangan telah datang. Dari mahasiswa hingga pengusaha singgah di kedai sederhana berukuran 4x4 meter.

Tak lupa turut membawa sekantong sampah. Bukan hanya sampah plastik. Sampah organik seperti roti hingga buah-buahan yang sudah tak layak juga diterimanya. Setiap harinya Saharudin bisa menampung sekitar 11 kilo sampah anorganik. Termasuk sampah kaleng. Sedangkan sampah organik bisa mencapai 94 kilogram.

Sampah plastik nantinya dicacah menjadi bagian yang lebih kecil sebagai bahan dasar pembuatan aspal. Sedangkan sampah organik bisa digunakan sebagai pakan ikan. Dan, larva lalat tentara hitam atau yang dikenal sebagai maggot.

“Kalau roti bisa saya kasih makan ikan. Kalau buah-buahan bisa buat maggot. Seharinya 15 kilogram maggot itu bisa habiskan 45 kilogram sampah,” terang ayah dua anak itu.

“Bukan cuma kasih tahu masyarakat kalau buang sampah saja, tapi juga bisa kasih tahu kalau sampah bisa dimanfaatkan saja,” sambungnya. Saharudin pun selalu membuka lebar-lebar pintunya jika ada masyarakat yang ingin mengetahui pengelolaan sampah. Bahkan, dia tak keberatan jika ada suatu kelompok yang ingin membuka hal yang sama.

“Siapa aja boleh, saya malah senang. Malah saya maunya setiap kelurahan itu ada kelompok juga yang mengelola seperti saya. Datang saja ke kedai, pagi atau malam tidak masalah. Saya bisa buka 24 jam setengah,” tutupnya dengan nada bercanda. (*/dad/kri/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X