Satu, dua, tiga, go. Dua remaja dengan kaki telanjang tancap gas, memacu diri berlari lebih cepat untuk sampai di garis finish yang ditentukan. Balap lari liar kini tengah jadi tren anak-anak belasan tahun, yang notabene masih di bawah umur. Tak berbeda jauh dengan balap liar motor, sama-sama menggunakan jalan umum.
TRANSMISI lokal sejatinya sudah jadi “lampu kuning” bagi publik untuk beraktivitas. Nyatanya, remaja tanggung di Kota Tepian seperti tak ingin ketinggalan dengan sesuatu yang viral, yakni balap lari liar. Sedang booming, aktivitas itu kucing-kucingan dengan petugas.
Polisi sudah mewanti-wanti agar lebih baik menghabiskan waktu berdiam di rumah. Seperti yang diungkapkan Kasat Lantas Polresta Samarinda Kompol Ramadhanil kala diwawancarai belum lama ini. “Kalau sampai menutup jalan itu sudah menyalahi aturan, apalagi ditambah ada unsur perjudian. Tentu kami kolaborasi dengan rekan-rekan reserse kriminal,” ujar perwira berpangkat melati satu tersebut. Undang-Undang tersebut dapat juncto ke Pasal 12 UU Nomor 38/2004 tentang jalan. "Bisa pidana penjara minimal tiga bulan sampai maksimal 18 bulan, atau denda Rp 200 juta hingga Rp1,5 miliar," sambungnya.
Berjejer di jalanan, membentuk barisan untuk dijadikan trek. Jaraknya bergantung kesepakatan, bisa 100–200 meter, bak ajang lari cepat dunia.
Melihat tren lari liar malam hari, dr Arysia Andhina menanggapi dalam kacamata dokter. Dia menyebut, lari merupakan bagian dari olahraga. Namun, lebih baik dilakukan pagi hari. Memang tidak semua orang mempunyai kesehatan fisik yang sama, ada yang punya riwayat asma, malam hari kan udara dingin. Kalau sprint bisa memicu kambuhnya asma. “Parahnya nih, kalau di tengah jalan kondisi penerang pasti minim, dan itu memicu kejadian yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Dokter yang akrab disapa Sisi itu menyebut, ketika lari cepat, detak jantung juga ikut terpacu. Dan jika dilakukan malam hari, berpotensi ke arah yang buruk. “Kalau jogging mungkin enggak masalah, bisa ngurangi stres. Kan konteksnya tren balap lari liar, dipikirkan ulang deh,” tambah dokter yang juga pecinta film drama Korea tersebut.
Bagi mereka yang memang terbiasa dengan olahraga, lanjut Sisi, mungkin tidak ada efek yang berarti. Namun, berbeda bagi anak-anak yang memang jarang olahraga lari. “Kelelahan pasti, bahkan bisa aja paru-paru basah, istilahnya pneumonia,” ungkapnya. (dra2/k8)