SAMARINDA–Wisuda yang seharusnya sudah dua kali berjalan pada Maret dan Juni lalu, terpaksa tertunda. Wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) membuat Universitas Mulawarman (Unmul) tak ingin mengambil risiko.
Kasus yang melambung tinggi, termasuk Rektor Unmul Prof Masjaya yang ikut terpapar virus tersebut membuat kampus terbesar di Kaltim itu mengambil sikap. Secara daring, pelaksanaan wisuda menjadi pilihan. Wisuda gelombang pertama dilakukan Sabtu (19/7) mendatang.
Wakil Rektor Bidang Akademik Mustofa Agung Sardjono mengatakan, pelaksanaan wisuda akan tetap berjalan. Namun, pelaksanaannya akan jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Pemindahan kuncir pita toga tidak dilakukan rektor, melainkan diwakilkan kepada dirinya. "Kemarin sudah berkomunikasi dengan Pak Rektor (Masjaya), meminta semuanya tetap dipersiapkan. Saya diminta mewakili beliau dalam proses yang dijalankan," ujar Mustofa. Lokasi pelaksanaan akan berubah. Tidak menggunakan GOR 27 September, melainkan Aula Rektorat Unmul di lantai empat. Jumlah wisudawan juga dipangkas. Hanya dihadiri perwakilan masing-masing fakultas. Sisanya mengikuti secara daring. Sehingga, dalam pelaksanaan secara luring diikuti kurang dari 50 orang, dan secara singkat.
"Hanya 17 mahasiswa dengan lulusan terbaik fakultas saja yang hadir. Itu juga dites PCR dulu, kalau reaktif enggak ikut, hari ini (kemarin) tesnya," jelas dia. "Guru besar juga secara online saja, kalau dari civitas cuma wakil rektor dan masing-masing dekan fakultas," sambungnya.
Untuk pembagian ijazah, wisudawan bisa mengambil di masing-masing fakultas. Nantinya setiap penerima ijazah akan mengambil menurut antrean yang telah dijadwalkan setiap harinya.
"Ada yang punya pemikiran dikirim, tapi pengiriman itu belum tentu aman, kalau hilang bahaya. Pengambilan bisa ambil sendiri atau dikuasakan saudaranya jika berada di kampung halaman," terangnya.
Pelaksanaan wisuda secara daring akan dilakukan kembali pada 20 September untuk gelombang kedua, dan 26 September untuk gelombang ketiga. Agung menyadari jika banyak mahasiswa yang ingin mengikuti proses wisuda secara fisik. Namun, pihaknya tak bisa terus menunda gelaran akhir dari perkuliahan. Terlebih tidak ada yang bisa memastikan berakhirnya wabah.
"Tidak punya kesempatan untuk menunda, harus realistis. Karena jumlahnya sudah hampir 3 ribu. Kalau ditunda Desember, kan bisa menumpuk 5 ribuan," pungkasnya. (*/dad/dra/k8)