Oleh Bambang Iswanto
Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda
MASYARAKAT Indonesia terkejut. Syekh Ali Jaber menjadi korban penusukan di acara wisuda hafalan Al-Qur’an yang dilaksanakan di Masjid Falahuddin, Bandar Lampung. Syekh Ali Jabar dikenal sebagai ulama yang menyejukkan. Isi ceramahnya selalu menghindar ke arah yang bersifat provokatif. Tidak pula menyinggung kelompok-kelompok atau individu tertentu yang layak dijadikan “musuh”.
Ulama naturalisasi dari Arab Saudi tersebut sering mendakwahkan keutamaan-keutamaan akhlak. Etika dan pedoman hidup yang bersumber dari Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Muhammad.
Beliau juga pejuang lahirnya banyak hafiz (penghafal) Al-Qur’an di Indonesia. Berkeliling Indonesia untuk memotivasi seluruh penjuru negeri agar terus melahirkan para penghafal Al-Qur’an secara masif di Indonesia.
Dengan banyaknya pemelihara Al-Qur’an di Indonesia, diharapkan mendatangkan keberkahan bagi seluruh bangsa Indonesia. Banyaknya lantunan ayat-ayat dari langit yang dibacakan dan dipedomani menjadikan Indonesia sebagai bumi yang damai dan penuh berkah. Semakin banyak generasi qurani, negara akan semakin aman, makmur, dan sejahtera.
Syekh Ali Jabar ditusuk dalam menjalankan misi mulia terkait syiar memelihara Al-Qur’an. Diduga, penusukan ditujukan ke bagian leher untuk membunuh, tapi menyasar ke bagian lengan atas, karena berhasil diantisipasi oleh Syekh. Di media, beliau selalu mengatakan, “Dengan takdir Allah, saya terhindar dari pembunuhan”.
Kejadian penusukan yang terekam video menunjukkan bahwa Syekh Ali Jaber sudah menjabarkan iman kepada takdir secara nyata. Sehingga, kepercayaan kepada takdir itulah yang membuat beliau terlihat tidak panik dan mampu menenangkan diri dengan cepat.
Bahkan, pada saat yang bersamaan, beliau bukannya mengkhawatirkan diri sendiri yang baru ditusuk pisau, tetap justru mengasihani pelakunya yang sedang dipukuli dan akan diseret oleh massa. Beliau meminta pemukulan terhadap pelaku dihentikan dan menyerahkannya kepada polisi.
Iman terhadap takdir tidak melahirkan rasa dendam kepada orang yang sudah berniat jahat, sebaliknya rasa kasihan melihat orang yang menganiaya dianiaya oleh orang lain.
Dakwah beliau tentang anjuran mencontoh Rasul, bukan sekadar anjuran tapi diamalkan dalam kehidupan sesungguhnya. Meski dalam situasi tertentu, mencontoh Rasulullah bukan perkara gampang, seperti sabar ketika orang lain akan mencelakai diri. Hal itu jauh lebih sulit dari mencontoh Rasul ketika makan, tidur, atau berperilaku lain yang tidak bersinggungan dengan kezaliman orang lain terhadap kita.
Syekh Ali Jaber dalam sebuah wawancara mempertegas bahwa yang dilakukannya adalah mencontoh Rasulullah sebagai bukti kecintaan kepada-Nya. Orang yang cinta Rasul pasti akan meneladani hidup Rasul dari segala aspek kehidupan. Demikian pula mencontoh Rasul saat dianiaya.