Penelitian British Association of Otorhinolaryngology mendapatkan anosmia bisa menjadi gejala lain dari infeksi Covid-19. Maka anosmia harus disertakan dalam identifikasi kemungkinan infeksi Covid-19. Penelitian di Tiongkok, Iran, dan Italia juga menunjukkan jumlah pasien dengan infeksi Covid-19 mengalami anosmia. Penelitian Jerman melaporkan, dua dari tiga pasien terkonfirmasi Covid-19, didapatkan keluhan anosmia.
Penelitian di Korea Selatan didapatkan keluhan anosmia pada 30 persen pasien yang terkonfirmasi Covid-19. Kita ketahui cara SARS-CoV-2 menginfeksi dengan menempel pada reseptor ACE2 pada permukaan sel yang melapisi saluran pernapasan. Protein ACE2 ditemukan pada sel-sel pendukung neuron saraf penciuman dan tidak merusak saraf penciuman. Hal ini yang menjelaskan kalau anosmia tidak hilang permanen dan dapat kembali normal.
Bila terjadi pelepasan sel-sel dan zat-zat peradangan, kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan neuron saraf penciuman, hal ini yang menyebabkan anosmia lebih lama. Bila terdapat gejala anosmia atau kehilangan indra penciuman, disarankan untuk segera melakukan swab atau mengisolasi diri selama 14 hari untuk mencegah penularan Covid-19. Namun tidak berarti anosmia pasti terkait dengan Covid-19.
Tetapi, baiknya segera memeriksakan diri untuk screening awal Covid-19. (*/riz/k8)
(*) Penulis adalah dokter spesialis THT di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.